Minyak
atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile oil) dihaliskan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah
menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir
(pungent tase), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Tanaman
yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman,
yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae
dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman
yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome.
Salah
satu tanaman penghasil minyak katsiri ialah tanaman nilam. Pembudidayaan nilam
tergolong tidak sulit, namun tetap membutuhkan ketelatenan. Tahapan
pembudidayaan yang perlu diperhatikan meliputi pembibitan, penanaman,
perawatan, pemanenan, dan penyulingan minyak nilam. Pohon Nilam (Pogostemon
cablin Benth) dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi (0 – 1.200 m dpi). Nilam akan tumbuh baik pada ketinggian 10m- 400 m
dpi. Nilam tidak memerlukan banyak air, tapi juga tidak tahan kering.
Menghendaki suhu 24 – 28°C, tapi lembab (lebih dari 75%), curah hujan merata
sepanjang tahun (2.000 – 3.500 mm per tahun), dan tanah yang mengandung banyak
humus.
BUDIDAYA
TANAMAN NILAM
PEMBIBITAN
Nilam
diperbanyak dengan stek yang diambi! dari batang atau cabang yang sudah cukup
tua, berdiameter 0,8 -1 cm. Panjang stek 15 – 23 cm, setidaknya berisi 3 – 5
mata tunas atau tiga helai daun. Stek bisa langsung ditanam di kebun. tapi
lebih baik ditanam dulu di bedeng persemaian selama 3-4 minggu, sampai muncul
akar dan tunas baru. Pembibitan sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman
tidak layu. Pembibitan bisa juga dilakukan di dalam kantong plastik (polibag)
ukuran diameter 15 -20 cm. Polibag tersebut harus diberi lubang agar mendapat
sirkulasi udara dan air tidak menggenang. Campuran tanah (boleh juga gabah
padi) dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 diisikan ke dalam polibag
sampai % dari volume polibag. Polibag-polibag tersebut diletakkan pada tempat
aman dan diberi naungan. Stek-stek bibit ditanam dengan posisi miring 45° dan
sebanyak 2 buku harus tertanam ke dalam tanah dalam polibag. Dalam satu polibag
dapat ditanam sekitar 10-15 stek bibit. Perawatan dilakukan dengan menyiram dan
menyiangi rumput yang ada. Setelah akar tumbuh kuat,tanaman dipindahkan ke
lahan kebun yang telah dipersiapkan dan diberi pupuk kompos atau pupuk kandang
yang telah terurai (hancur).
PENANAMAN
Untuk
pertumbuhan optimal, nilam perlu cukup sinar matahari. Namun bisa tumbuh baik
di tempat yang agak terlindung. Karena itu nilam bisa ditanam secara tumpang
sari dengan tanaman lain. Nilam juga bisa ditanam di sela-sela lamtoro gung,
kelapa, atau karet. Kondisi tanah datar atau miring (lereng) tidak masalah bagi
tanaman nilam, yang penting subur dan berdrainase baik. Tanah liat, tanah
berpasir, dan berkapur kurang disukai tanaman nilam.
Penanaman
nilam sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar kebutuhan tanaman akan
tanah yang lembab pada masa pertumbuhannya dapat dipenuhi. Penanaman bibit
dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, bibit
tanaman berupa stek, ditanam dalam lubang tanam sebanyak 2-3 stek. Sedangkan
secara tidak langsung, bibit yang sudah berakar diambil dari persemaian atau polibag,
kemudian ditanam dalam lubang tanam 1-2 bibit. Penanaman nilam dilakukan dengan
jarak tanam yang bervariasi sesuai dengan tingkat kesuburan dan jenis tanah :
untuk dataran rendah yang subur, jarak tanam adalah 100 x 100 cm; pada tanah
dengan kandungan liat yang tinggi, jarak tanamnya 50 x 100 cm; pada tanah
lipatik jarak tanamnya 75 x 75 cm; dan pada tanah berbukit dengan mengikuti
garis kontur, jarak tanamnya adalah 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm.
PERAWATAN
Musuh
tanaman nilam adalah serangga perusak daun, nematoda, cendawan Phytoptora, ulat
pemakan daun, ulat penggulung daun, dan belalang. Penyakit yang umum menyerang
tanaman nilam dapat berupa penyakit buduk, mati bujang, busuk batang, luka
batang, dan gejala defisiensi. Pengendalian hama dapat dilakukan secara
preventif, yakni dengan perbaikan kultur teknis seperti tumpangsari atau
pergiliran tanaman. Pengendalian secara amekanis dapat dilakukan pada tahap
serangan awal, namun bila serangannya sudah berada diambang batas ekonomi, maka
pengendaliannya harus dengan insektisida, baik sebagai racun perut maupun racun
kontak.
Penyakit
buduk atau kusta mempunyai gejala berupa bintik-bintik coklat pada daun.
Semakin lama bintik-bintik tersebut menjalar ke seluruh bagian tanaman sehingga
batangnya menjadi kaku dan daunnya keriput atau keriting yang mengakibatkan
daun berguguran. Penyakit mati bujang menyerang bagian akar nilam dan
menimbulkan noda-noda hitam sehingga sistem perakarannya rusak, dan akhirnya
tanaman menjadi layu. Penyebab timbulnya kedua penyakit ini masih belum jetas.
Pengendalian kedua jenis penyakit tersebut masih bersifat uji coba, yaitu
dengan menyemprotkan fungisida dan nematisida. Ada yang menganjurkan, selama 2
tahun, perkebunan dikosongkan atau ditanami jenis tanaman lain yang bukan dari keluarga
Labiatae.
Terkait
dengan pengendalian gulma pada tanaman nitam, perlu diperhatikan bahwa tanaman
pelindung pada perkebunan nilam mampu mengurangi keragaman jenis gulma. Akan
tetapi, tanaman nilam yang terlindung seringkali kadar minyaknya menurun.
Dengan demikian pengendalian gulma pada perkebunan nilam sebaiknya tidak
menggunakan pohon pelindung, tetapi dilakukan penyiangan. Apabila pertumbuhan
gulma sudah cukup serius penggunaanherbisidadapatdipertimbangkan.
PEMANENAN
Panen
pertama dilakukan setelah tanaman berumur 4-5 bulan, Panen berikutnya dilakukan
berturut-turut dengan jarak 2-3 bulan sampai tanaman berumur 2 tahun dan harus
diremajakan. Kandungan minyak nilam, terdapat pada waktu tunas mengeluarkan 3
daun pertama. Kandungan ini tidak bertambah meskipun daun bertambah lebar. Oleh
sebab itu panen pertama dapat dilakukan setelah tumbuh lima pasang daun.
Setelah
dipanen, daun nilam dijemur dengan sering dibolak-balik agar kering merata.
Terkadang dibiarkan terjadi fermentasi. Ekspor dapat dilakukan dalam bentuk
daun kering atau setelah disuling. Pembeli dari luar negeri cenderung menyuling
sendiri karena Indonesia sebagai penghasil utama melakukan penyulingan secara
langsung dan daunnya disuling tanpa dipilih.
Pemanenan
daun nilam sebaiknya dilakukan pagi hari, atau menjelang petang, ketika musim
kering. Maksudnya agar daun tetap mengandung minyak atsiri tinggi (2,5 -5%).
Pemetikan siang hari membuat daun kurang elastis dan mudah robek, Juga
transpirasi (penguapan air) daun iebih cepat sehingga kadar minyak atsirinya
berkurang. Alatnya bisa berupa sabit, gunting, atau parang tajam.
Nilam
yang sudah dipanen dipotong-potong 3 – 5 cm, kemudian dijemur di bawah sinar
matahari selama empat jam (pukul 10.00 -14.00). Setelah itu diangin-anginkari
di atas para-para yang teduh, sambil dibolak-balik 2 – 3 kali sehari selama 3 –
4 hari hingga kadar airnya tinggal 15% (ini kondisi siap suling). Pengeringan
tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Terlalu cepat membuat daun rapuh dan
sulit disuling. Terlambat kering, daun menjadi lembapdan mudah ditumbuhi jamur.
Akibatnya, rendemen atau mutu minyak yang dihasilkan menurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar