Senin, 09 Januari 2012

tanaman nilam


Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihaliskan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent tase), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman, yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome.
Salah satu tanaman penghasil minyak katsiri ialah tanaman nilam. Pembudidayaan nilam tergolong tidak sulit, namun tetap membutuhkan ketelatenan. Tahapan pembudidayaan yang perlu diperhatikan meliputi pembibitan, penanaman, perawatan, pemanenan, dan penyulingan minyak nilam. Pohon Nilam (Pogostemon cablin Benth) dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (0 – 1.200 m dpi). Nilam akan tumbuh baik pada ketinggian 10m- 400 m dpi. Nilam tidak memerlukan banyak air, tapi juga tidak tahan kering. Menghendaki suhu 24 – 28°C, tapi lembab (lebih dari 75%), curah hujan merata sepanjang tahun (2.000 – 3.500 mm per tahun), dan tanah yang mengandung banyak humus.
BUDIDAYA TANAMAN NILAM
PEMBIBITAN
Nilam diperbanyak dengan stek yang diambi! dari batang atau cabang yang sudah cukup tua, berdiameter 0,8 -1 cm. Panjang stek 15 – 23 cm, setidaknya berisi 3 – 5 mata tunas atau tiga helai daun. Stek bisa langsung ditanam di kebun. tapi lebih baik ditanam dulu di bedeng persemaian selama 3-4 minggu, sampai muncul akar dan tunas baru. Pembibitan sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman tidak layu. Pembibitan bisa juga dilakukan di dalam kantong plastik (polibag) ukuran diameter 15 -20 cm. Polibag tersebut harus diberi lubang agar mendapat sirkulasi udara dan air tidak menggenang. Campuran tanah (boleh juga gabah padi) dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 diisikan ke dalam polibag sampai % dari volume polibag. Polibag-polibag tersebut diletakkan pada tempat aman dan diberi naungan. Stek-stek bibit ditanam dengan posisi miring 45° dan sebanyak 2 buku harus tertanam ke dalam tanah dalam polibag. Dalam satu polibag dapat ditanam sekitar 10-15 stek bibit. Perawatan dilakukan dengan menyiram dan menyiangi rumput yang ada. Setelah akar tumbuh kuat,tanaman dipindahkan ke lahan kebun yang telah dipersiapkan dan diberi pupuk kompos atau pupuk kandang yang telah terurai (hancur).

PENANAMAN
Untuk pertumbuhan optimal, nilam perlu cukup sinar matahari. Namun bisa tumbuh baik di tempat yang agak terlindung. Karena itu nilam bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain. Nilam juga bisa ditanam di sela-sela lamtoro gung, kelapa, atau karet. Kondisi tanah datar atau miring (lereng) tidak masalah bagi tanaman nilam, yang penting subur dan berdrainase baik. Tanah liat, tanah berpasir, dan berkapur kurang disukai tanaman nilam.
Penanaman nilam sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar kebutuhan tanaman akan tanah yang lembab pada masa pertumbuhannya dapat dipenuhi. Penanaman bibit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, bibit tanaman berupa stek, ditanam dalam lubang tanam sebanyak 2-3 stek. Sedangkan secara tidak langsung, bibit yang sudah berakar diambil dari persemaian atau polibag, kemudian ditanam dalam lubang tanam 1-2 bibit. Penanaman nilam dilakukan dengan jarak tanam yang bervariasi sesuai dengan tingkat kesuburan dan jenis tanah : untuk dataran rendah yang subur, jarak tanam adalah 100 x 100 cm; pada tanah dengan kandungan liat yang tinggi, jarak tanamnya 50 x 100 cm; pada tanah lipatik jarak tanamnya 75 x 75 cm; dan pada tanah berbukit dengan mengikuti garis kontur, jarak tanamnya adalah 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm.
PERAWATAN
Musuh tanaman nilam adalah serangga perusak daun, nematoda, cendawan Phytoptora, ulat pemakan daun, ulat penggulung daun, dan belalang. Penyakit yang umum menyerang tanaman nilam dapat berupa penyakit buduk, mati bujang, busuk batang, luka batang, dan gejala defisiensi. Pengendalian hama dapat dilakukan secara preventif, yakni dengan perbaikan kultur teknis seperti tumpangsari atau pergiliran tanaman. Pengendalian secara amekanis dapat dilakukan pada tahap serangan awal, namun bila serangannya sudah berada diambang batas ekonomi, maka pengendaliannya harus dengan insektisida, baik sebagai racun perut maupun racun kontak.
Penyakit buduk atau kusta mempunyai gejala berupa bintik-bintik coklat pada daun. Semakin lama bintik-bintik tersebut menjalar ke seluruh bagian tanaman sehingga batangnya menjadi kaku dan daunnya keriput atau keriting yang mengakibatkan daun berguguran. Penyakit mati bujang menyerang bagian akar nilam dan menimbulkan noda-noda hitam sehingga sistem perakarannya rusak, dan akhirnya tanaman menjadi layu. Penyebab timbulnya kedua penyakit ini masih belum jetas. Pengendalian kedua jenis penyakit tersebut masih bersifat uji coba, yaitu dengan menyemprotkan fungisida dan nematisida. Ada yang menganjurkan, selama 2 tahun, perkebunan dikosongkan atau ditanami jenis tanaman lain yang bukan dari keluarga Labiatae.
Terkait dengan pengendalian gulma pada tanaman nitam, perlu diperhatikan bahwa tanaman pelindung pada perkebunan nilam mampu mengurangi keragaman jenis gulma. Akan tetapi, tanaman nilam yang terlindung seringkali kadar minyaknya menurun. Dengan demikian pengendalian gulma pada perkebunan nilam sebaiknya tidak menggunakan pohon pelindung, tetapi dilakukan penyiangan. Apabila pertumbuhan gulma sudah cukup serius penggunaanherbisidadapatdipertimbangkan.
PEMANENAN
Panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur 4-5 bulan, Panen berikutnya dilakukan berturut-turut dengan jarak 2-3 bulan sampai tanaman berumur 2 tahun dan harus diremajakan. Kandungan minyak nilam, terdapat pada waktu tunas mengeluarkan 3 daun pertama. Kandungan ini tidak bertambah meskipun daun bertambah lebar. Oleh sebab itu panen pertama dapat dilakukan setelah tumbuh lima pasang daun.
Setelah dipanen, daun nilam dijemur dengan sering dibolak-balik agar kering merata. Terkadang dibiarkan terjadi fermentasi. Ekspor dapat dilakukan dalam bentuk daun kering atau setelah disuling. Pembeli dari luar negeri cenderung menyuling sendiri karena Indonesia sebagai penghasil utama melakukan penyulingan secara langsung dan daunnya disuling tanpa dipilih.
Pemanenan daun nilam sebaiknya dilakukan pagi hari, atau menjelang petang, ketika musim kering. Maksudnya agar daun tetap mengandung minyak atsiri tinggi (2,5 -5%). Pemetikan siang hari membuat daun kurang elastis dan mudah robek, Juga transpirasi (penguapan air) daun iebih cepat sehingga kadar minyak atsirinya berkurang. Alatnya bisa berupa sabit, gunting, atau parang tajam.
Nilam yang sudah dipanen dipotong-potong 3 – 5 cm, kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama empat jam (pukul 10.00 -14.00). Setelah itu diangin-anginkari di atas para-para yang teduh, sambil dibolak-balik 2 – 3 kali sehari selama 3 – 4 hari hingga kadar airnya tinggal 15% (ini kondisi siap suling). Pengeringan tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Terlalu cepat membuat daun rapuh dan sulit disuling. Terlambat kering, daun menjadi lembapdan mudah ditumbuhi jamur. Akibatnya, rendemen atau mutu minyak yang dihasilkan menurun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar