Dalam memanfaatkan hutan yang
merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui memerlukan sistem pengelolaan
hutan yang bijaksana salah
satunya ialah dengan mengetrapkan prinsip kelestarian. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka pemahaman tentang hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan
perlu dihayati serta dipahami oleh semua insan yang memanfaatkan hutan demi
kehidupannya melalui pengusaan ilmu dan seni serta teknologi hutan dan
kehutanan.
Hutan mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia,
sejak manusia lahir sampai nanti masuk ke liang kubur manusia memerlukan produk
yang dihasilkan dari hutan. Hutan memberikan perlindungan dan naungan dan
produk-produk yang dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya. Demikian
pula hutan merupakan tempat hidupnya binatang liar dan sumber plasma nutfah
yang semuanya juga berguna bagi kelangsungan kehidupan manusia dijagad raya
ini. Manusia memperoleh produk seperti makanan, obat-obatan, kayu untuk
bangunan dan kayu bakar dan juga menikmati manfaat adanya pengaruh dari hutan
yaitu iklim mikro serta peranan hutan dalam mencegah erosi dan memelihara
kesuburan tanah. Sebagai contoh, misalnya dari kulit pohon Willow orang Yunani pada zaman dahulu
memanfaatkannya dengan cara dikunyah-kunyah sebagai obat pencegah rasa sakit,
dan sekarangpun ekstrak kulit pohon Willow merupakan bahan dasar untuk Aspirin. Buah pohon Oak merupakan makanan pokok orang
Indian disamping Jagung. Masyarakat nelayan di Indonesia menggunakan kulit
pohon Bakau untuk mengawetkan jala. Masyarakat desa disekitar hutan Jati di
Jawa memanfaatkan Ulat Jati sebagai sumber protein hewani. Sedangkan pada waktu
ini tidak kurang 10 000 produk yang dihasilkan dari kayu.
Munculnya ilmu kehutanan tidak lepas dari kebutuhan manusia
akan adanya manfaat dari hutan. Areal hutan yang dahulunya menyelimuti seluruh
daratan dunia dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, sekarang
mulai berkurang. Laju degradasi areal hutan didaerah tropika
tercatat rata-rata 800.000 Ha per tahun.
Jerman merupakan negara cikal bakalnya Ilmu Kehutanan,
misalnya KOSTLER dikenal
sebagai orang pertama yang berpendapat perlunya pendekatan ilmiah di kehutanan.
Hal ini didasarkan kepada fakta bahwa sangat sulit dalam mengelola hutan bila
hanya didasarkan pada pengalaman yang pendek, sedangkan ciri kegiatan kehutanan
memerlukan jangka produksi yang panjang. Buku yang berkaitan tentang hutan
dikarang pada tahun 1713 oleh Hannss Carl von CARLOWITZ dengan judul “Silvicultura
oekonomika”.
Pada abad ke 18 dengan makin tumbuhnya kehutanan dan makin pentingnya kehutanan
dalam perekonomian maka mazhab “Cameralism” mulai membicarakan tentang hutan.
Mazhab “cameralism” inilah yang membuat dasar sistematika pertama ilmu
kehutanan. Pemikiran lebih lanjut dalam penyelidikan ilmiah tentang penomena
hutan berasal dari aliran “pemburu lawan kehutanan” yaitu yang berasal dari
pengalaman lapangan penggembalaan dihutan . Perangsang dan ide juga datang dari
ilmu alamiah khususnya dari Perancis.
Pada akhir abad ke 18 komplitlah sintesa dari teori dan
praktik kehutanan yang ditulis oleh ahli kehutanan klasik seperti COTTA,
HARTIG, PFEIL, HUNDESHAGEN dan HEYER.
Ilmu kehutanan dapat dikatakan merupakan penggabungan yang
komplek dari berbagai disiplin ilmu, khususnya ilmu biologi, ilmu alam,
manajemen, ilmu sosial dan politik. Ilmu-ilmu tersebut diramu sedemikian rupa
sehingga dapat dikatakan bahwa kehutanan merupakan seni , ilmu dan
praktek dalam mengelola sumber daya hutan dan isinya untuk kesejahteraan umat
manusia.
PENGERTIAN HUTAN
Pada hakekatnya hutan merupakan perwujudan dari lima unsur
pokok yang terdiri dari bumi, air, alam hayati, udara dan sinar matahari
(Rimbawan Indonesia,1966). Kelima unsur pokok inilah yang dinamakan PANCA
DAYA. Sehingga
menurut rimbawan Indonesia memanfaatkan hutan sebenarnya mengarahkan Panca Daya
ini kepada suatu bentuk tertentu pada tempat dan waktu yang diperlukan untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia lahir dan bathin sebesar mungkin tanpa
mengabaikan aspek kelestarian.
Hutan jadinya dapat disebut suatu areal diatas permukaan
bumi yang ditumbuhi pohon-pohon agak rapat dan luas sehingga pohon-pohon dan
tumbuhan lainnya serta binatang-binatang yang hidup dalam areal tersebut
memiliki hubungan antara satu dan lainnya das membentuk perseketuan hidup alam
hayati dan lingkungannya (Junus dkk, 1984). Secara ringkas batasan hutan ialah
komunitas tumbuh-tumbuhan dan binatang yang terutama terdiri dari pohon-pohon
dan vegetasi berkayu lainnya yang tumbuh berdekatan satu dengan lainnya.
Sedangkan menurut undang-undang pokok kehutanan Indonesia
yang diundangkan pada tahun 1967 batasan hutan (definisi) ialah “suatu
lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam
hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai
hutan”.
Undang-undang Kehutanan yang baru yaitu UU No 41 tahun 1999, yang dimaksud
hutan adalah “suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan”.
Untuk lebih mengetahui lebih dalam tentang pengertian hutan,
berikut ini akan dikutip dari Ensiklopedi Indonesia (1982) :
a. Hutan
adalah sebuah masyarakat yang tumbuh rapat bersama,terutama terdiri atas
pohon-pohon dan vegetasi berkayu lainnya.
b. Hutan
adalah sebuah ekosistem dengan ciri-ciri, pada penutup berupa pohon-pohon yang
rapat dan luas.
c. Hutan
adalah sebuah areal yang dikelola untuk produksi kayu dan hasil hutan lainnya
atau dipelihara bagi tujuan keuntungan tidak langsung, misalnya
untuk perlindungan aliran sungai atau rekreasi.
d. suatu
wilayah yang dinyatakan sebagai hutan melalui undang-undang.
MANFAAT HUTAN BAGI MANUSIA
Membicarakan manfaat hutan bagi manusia maka dapat
dikatakan bahwa hutan memberikan manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung. Manfaat langsung ialah manfaat dari hutan yang dapat langsung
dinikmati oleh masyarakat seperti kayu, rotan, obat-obatan, buah-buahan,
binatang buruan, damar, kulit kayu. Sedangkan manfaat tidak langsung merupakan
manfaat dari fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pemelihara kesuburan
tanah atau manfaat hidro-orologis dari hutan. Manfaat estetika, rekreasi, ilmu
pengetahuan dan pengaruh hutan terhadap iklim.
Secara lebih rinci Hadipurnomo (1989) menguraikan manfaat
kehadiran hutan di dunia bagi manusia yang berupa produksi hasil hutan dan jasa
sebagai berikut:
a.
Produksi hasil hutan meliputi antara lain :
1. Kayu, meliputi kayu bakar, pertukangan,
industri.
2. Kulit kayu
3. Rotan
4. Getah, yang dapat diolah menjadi:
* Gondorukem
* Terpentin
* Kopal
* Kemenyan
* balsem
5. Minyak atsiri, antara lain :
* minyak kayu putih
* minyak eukaliptus
6. Daun, antara lain :
* daun murbei untuk makanan ulat sutera
* daun lamtoro, kaliandra untuk makanan ternak
* daun jati, untuk pembungkus
7. Buah, misalnya tengkawang untuk bahan kosmetika.
b.
Jasa yang berupa :
1. Pengendali lingkungan seperti :
* pengendali bahaya banjir dan erosi
* reservoir alam
* perlindungan terhadap angin
* pembersih polusi udara
* paru-paru tempat pemukiman
2. Meningkatkan kesejaheraan dan kenyamanan hidup :
* membuat iklim mikro menjadi nyaman
* keindahan alam: Taman nasional, wisata
* mengurangi kebisingan suara ( kota, pabrik dsb)
* mengurangi silau cahaya matahari, lampu mobil dsb.
Didalam memanfaatkan sumber daya alam yang berupa hutan
dimana manfaatnya tidak terbatas maka yang menjadi kendalanya ialah pengetahuan
manusia itu sendiri. Di Indonesia misalnya diketahui ada sebanyak 4000 jenis
kayu, 3593 jenis diantaranya belum dikenal, 407 jenis punya potensi ekonomis,
hanya 120 jenis saja yang merupakan jenis perdagangan. Ini merupakan tantangan
bagi rimbawan Indonesia untuk lebih giat meneliti dan mempromosikan kayu-kayu
untuk dapat diperdagangkan. Contoh diatas baru dari jenis kayu yang ada didalam
hutan Indonesia, belum lagi potensi hutan Indonesia sebagai sumber gen
atau plasma nutfah dan juga bagi kelangsungan hidup manusia di bumi ini.
Membicarakan pemanfaatan hutan hutan di Indonesia maka telah
dibuat suatu kesepakatan yang dinamakan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) sbb:
1. Hutan produksi Tetap
33.866.600 Ha (17,54 %)
2. Hutan produksi
Terbatas
30.525.300 Ha (15,81 %)
3. Hutan
Lindung
30.316.100 Ha (15,70 %)
4. Hutan suaka Alam &
Wisata
18.725.200 Ha ( 9,70 %)
5. Hutan
Konversi
30.537.400 Ha (15,61 %)
6. Penggunaan Lahan
Lain 49.101.100
Ha (25,64 %
——-————-
Luas daratan Indonesia =
193.071.700 Ha
Menurut Soerjani (1992) yang meramu dari pemikiran Myers (1985) mengemukakan
bahwa hutan memberi makna yang sangat mendalam dari fungsi dan potensi manfaat
hutan sebagai sumber keanekaragaman alam hayati sbb:
a. EKOLOGI
1.Penyangga keseimbangan (kelentingan ekosistem: suhu,
iklim, hayati)
2.Perlindungan kehidupan
3.Proteksi daerah aliran sungai
4. Pengendali erosi
5. Penyimpanan cadangan
6. Penyerap CO2 dan lain-lain gas/zarah
7. Penghasil 02 dan kesegaran umumnya
8. Kesuburan tanah
b.
Manfaat
langsung
1. Makanan: buah, buruan, sagu
2. Bahan obat dan penyegar
3. Kayu bakar
4. Bahan arang
5. Kayu bangunan
6. Bahan tenunan (serat, ulat sutera)
7. Pemeliharaan lebah
c. Industri
1. Industri kayu
2. Industri farmasi (obat penyegar, kosmetik, dll)
3. Industri kertas
4. Getah (karet)
5. Residu (mentol, terpentin)
6. Minyak (kayu putih, cengkeh, adas)
d. Lain-lain
1. Estetika, rekreasi, spiritual
2. Olah raga, Cinta Alam, Sejarah, Sosial budaya, Tannas.
Manfaat
hutan juga dapat dijabarkan berdasarkan huruf yang ada pada kata Inggris dari
hutan yaitu FOREST yang menurut seorang penulis diartikan sbb:
F Forage = makanan
ternak
O
Oksigen
R
Recreation
E Environment
S Soil
T Timber
Jadi terlihat bahwa manfaat hutan bukan saja kayu tetapi
juga manfaat lainnya seperti sumber makanan ternak, penghasil udara bersih
melalui proses photosintesa, tempat rekreasi, memberikan perlindungan terhadap
lingkungan seperti pengaturan tata air dan pemelihara kesuburan tanah dan
pencegahan erosi dan bahaya banjir. Inilah yang sering disebut sebagai manfaat
serba guna dari hutan.
KLASIFIKASI HUTAN
Dalam rangka memanfaatkan hutan bagi umat manusia maka para
ahli kehutanan mengklasifikasikan hutan dalam berbagai macam hutan.
Mengklasifikasi sesuatu merupakan bagian penting suatu proses berpikir. Dalam
hal ini maka hutan dapat diklasifikasikan berdasar jenis pohon yang
dominan, berdasarkan fungsi hutan, berdasar pemiliknya, berdasar
permudaan,berdasar asal hutan, berdasar tinggi tempat, berdasarkan iklim
a. Hutan berdasarkan jenis pohon yang dominan
Maka dikenal ada Hutan Jati,
Hutan Pinus, Hutan Eucaliptus, yang menurut Sagala tidak dapat disebut sebagai
hutan tetapi Kebun Kayu (Sagala, 1994).Ada yang menarik dalam Istilah kehutanan di
Indonesia yaitu dikenal adanya Hutan Jati dan Hutan Rimba yaitu hutan selain
hutan Jati., sehingga kayu selain kayu Jati disebut sebagai kayu Rimba.
b.
Fungsi
hutan
Menurut fungsi hutan maka hutan negara
diklasifikasikan oleh Menteri menjadi empat jenis yaitu Hutan
Lindung, Hutan Produksi, Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata (UUPK:5/1967).
Sedangkan dalam undang-undang Kehutanan yang baru yaitu UUK No 41 tahun 1999,
hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu : fungsi konservasi, fungsi lindung, dan
fungsi produksi. Yang dimaksud dengan hutan konservasi meliputi hutan
suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.
1. Hutan lindung;
Ialah
kawasan hutan yang karena keadaan sifat fisik alamnya diperuntukkan guna
mengatur tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta pemeliharaan
kesuburan tanah. Untuk ini maka kawasan hutan yang berada diatas ketinggian 500
Meter diatas permukaan laut harus dipertahankan sebagai hutan lindung.
Penyimpangan dari ketentuan ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan a)
letak dan keadaan hutan; b) Topografi; c) Iklim; d) keadaan dan perkembangan
masyarakat dan hal lain yang akan ditetapkan lebih lanjut (PP 33, 1970)
2. Hutan
Produksi
Ialah
kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi
keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya unuk pembangunan, industri dan
ekspor. Misalnya hutan Jati (Tectona grandis), hutan Akasia (Acasia
auriculiformis), hutan
Sengon ( Albizzia falcataria), hutan Pinus (Pinus merkusii).
Dalam
klasifikasi lebih lanjut dikenal adanya hutan produksi terbatas dan hutan
produksi tetap yaitu pada areal hutan alam yang telah diberikan pada para
pemeganang HPH yang menggunakan system TPTI . Perbedaan antara hutan
produksi tetap dengan hutan produksi tidak tetap ialah di hutan produksi
tetap diameter pohon yang boleh dipanen minimal 50 CM, sedangkan pada areal
hutan produksi terbatas hanya pohon dengan diameter 60 CM- up yang boleh
dipanen.
3. Hutan
Suaka Alam
Ialah kawasan
hutan yang karena sifatnya khas diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan
alam hayati dan/atau manfaat-manfaat lainnya.
Dalam hal
ini dikenal adanya Cagar Alam dan Suaka Margasatwa. Cagar Alam ialah hutan Suaka Alam yang berhubungan dengan keadaan
alamnya yang khas termasuk alam hewani dan alam nabati, perlu dilindungi untuk
keperluan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sedangkan yang dimaksud dengan Suaka
Margasatwa ialah hutan Suaka Alam yang ditetapkan sebagai tempat hidupnya
margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta
merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional.
4. Hutan Wisata
Ialah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk
dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan/ atau wisata buru.
Hutan wisata yang memiliki keindahan alam, baik keindahan
nabati, keindahan hewani, maupun keindahan alamnya sendiri mempunyai corak khas
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan disebut Taman
Wisata.
Hutan Wisata yang di dalamnya terdapat satwa buru yang
memungkinkan diselenggarakan perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi
disebut Taman Buru.
Berdasarkan Rencana Pengukuhan dan
Penatagunaan Hutan di Propinsi Kalimantan Timur, maka direncanakan luas untuk
masing-masing fungsi hutan adalah sbb:
No
|
Klasifikasi
areal
|
Luas
areal (Ha)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Hutan
Lindung
|
3.062.630
|
17,20
|
2
|
Hutan
Suaka Alam
|
1.835.600
|
8,70
|
3
|
Hutan
Produksi Terbatas
|
4.826.100
|
22,89
|
4
|
Hutan
Produksi Tetap
|
5.578.700
|
26,46
|
5
|
Hutan
Produksi yang dapat dikonversi
|
5.217.900
|
24,75
|
Total
wilayah kawasan Kalimantan Timur
|
21.084.600
|
100,0
|
c. Berdasarkan pemiliknya
Atas dasar
pemiliknya maka hutan dapat diklasifikasikan dalam hutan
negara, hutan milik, dan hutan masyarakat.
Hutan negara ialah kawasan hutan dan
hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik.
Hutan milik ialah hutan yang tumbuh
di atas tanah yang dibebani hak milik. Menurut Junus dkk (1984) hutan milik
umumnya disebut sebagai hutan rakyat yaitu hutan-hutan yang terletak di luar
kawasan hutan negara. Sedangkan hutan masyarakat ialah hutan yang dimiliki oleh
masyarakat sebagai kumpulan orang-orang yang terhimpun dalam suatu badan hukum.
Badan hukum rakyat yang berhubungan dengan hutan adalah hak
ulayat, sepanjang
hak ulayat itu masih ada.
d. Berdasarkan permudaannya
Dikenal adanya hutan buatan (Artificial Forest) dan hutan
alam (Netural forest). Hutan buatan ialah hutan yang terbentuk oleh karena
campur tangah manusia maka hutannya sering disebut dengan Hutan
Tanaman, misalnya
hutan Jati, hutan Mahoni, Hutan Sengon dll.
Hutan
alam ialah hutan yang berasal dari permudaan alami. Misalnya dikenal adanya
hutan alam Jati (walupun hutan Jati alam di P. Jawa ditanam oleh manusia).
Hutan alam Pinus di Aceh, Hutan Dipterokarpa, Hutan Bambu, Hutan Eukaliptus di
Maluku.
e. Berdasarkan asal hutan
Hutan yang berasal dari biji disebut Hutan
Tinggi. Tegakan
hutan yang berasal dari “trubusan” atau tunas disebut hutan rendah. Sedangkan tegakan hutan yang berasal
dari biji maupun dari trubusan disebut dengan hutan campuran.
Hutan trubusan misalnya Hutan Jati, Hutan Lamtoro, biasanya
digunakan pada usaha kehutanan yang ditujukan untuk produksi kayu bakar.
f.
Berdasarkan tinggi tempat
Menurut Manan (1998) yang mengacu pada pendapat Junghuhn, berdasarkan tinggi
tempat dari permukaan laut dikenal adanya empat zona tipe-tipe
vegetasi yaitu:
1)
Zone Panas (0-700 m dpl).
1.1
Hutan Bakau (Mangrove) di pantai dengan jenis pohon : Avicennia
marina, A. officinalis, Rhizophora mucronata, R. conjugata, Bruguiera
gymnorrhiza, B. Parviflora, Sonneratia spp., Ceriops candolleana, Carapa
spp., Heritiera spp., Excoecaria spp., Xylocarpus granatum. Dibelakangnya terdapat Nipa
fructicans dan Alstonia
scholaris.
1.2
Hutan Pantai di belakang hutan Bakau yang berisis jenis-jenis : Dodonaea
viscosa
(tengsek), Gluta rengas, Calophyllum inophyllum (Nyamplung), Barringtonia
tiliaceus, Terminalia
catappa
(ketapang), Casuarina equisetifolia (Cemara laut), Oncosperma filamentosa (nibung), Arenga
obtusifolia
(lengkap), Corrypha gebanga (gebang), Borassus flabellifer (lontar).
1.3
Dataran rendah terdapat padang rumput, belukar dan hutan rendah, dengan
jenis-jenisnya: Talok (Grewia celtidifolia), Ploso (Butea monosperma), Kemloko (
Phyllanthus emblica),
Sengon ( Albizzia stipulata), Waru ( A. procera), Trengguli (Cassia
fistula), Johar (Cassia
siamea), Bungur
(Lagerstoemia
speciosa), Stercullia
spp, Dillenia spp, Ficus spp.
1.4
Hutan tinggi yang terdapat sesudah dataran rendah terdiri atas species:Albizzia
spp dan Acacia leucophloea. Di daerah dengan iklim kering yang nyata, iklim
musim, terdapat hutan jati (Tectona grandis) Jenis lain yang menggugurkan daun
ialah Pilang, Klampis, Albizzia spp, Kesambi (Schleichera oleosa), Walikukun
(Actinophora fragrans)
2)
Zone Sedang (700-1500 M dpl).
Padang rumput dengan belukar dari
jenis-jenis : Padang rumput belukar dari jenis : Alsophila sp., Cyathea sp.,
Hemithelia sp., Phyllanthus emblica. Sedangkan hutan tinggi dengan famili :
Myristicaceae, Tiliaceae, Sapotaceae, Annonaceae, Michelia spp.
Mangliaetia spp., Euphorbiaceae, Theaceae, Dipterocarpaceae, Canarium
altissimuns. Di daerah paling atas terdapat Quercus spp, Podocarpus spp, dan
famili Lauraceae.
3)
Zone Sejuk (1500-2500 M dpl)
Hutan tinggi dengan jenis-jenis:
Podocarpus spp, Lauraceae, Casuarina junghuniana. Hutan ini ditandai dengan
banyaknya epifit, paku-pakuan, lumut dan parasit-parasit. Di Jawa Timur
terdapat hutan cemara gunung yaitu Casuarina junghuniana.
4)
Zone Dingin (2500 –3300 me dpl: batas pohon).
Terdapat di puncak-puncak gunung
dengan jenis-jenis : Ternstroemiaceae (Eurya sp.) Tilliaceae , Rosaceae, Ercaceae,
Compositae, Leguminosae (Albizzia Montana), Sapindaceae, Paku pohon.
Samingan (1971) mengklasifikasikan hutan berdasarkan tinggi
tempat dunia sebagai berikut:
1)
0 — 600 m dpl, hutan dataran rendah.
2)
600 — 1400 M dpl, hutan pegunungan rendah.
3)
1400 — 3000 M dpl, hutan pegunungan tinggi.
4)
3000 — 4000 M dpl, hutan sub alpin
5)
4000 M dpl keatas, hutan Alpin
Sedangkan menurut Simon (1978), atas dasar ketinggian tempat
di Indonesia maka dikenal adanya :
1) vegetasi litoral (terendam)
2) Hutan Payau (Mangrove forest)
3) Hutan Rawa ( Swamp forest)
4) Hutan Gambut ( Peat swamp forest)
5) Hutan dataran rendah (Low land forest)
6) Hutan dataran tinggi (Lower mountain forest)
7) Hutan Pegunungan ( Upper mountain forest)
Berikut ini akan diuraikan secara umum mengenai vegetasi
hutan berdasarkan atas dasar letak dari ketinggian tempat (penyebaran secara
vertikal) sbb:
f.1. Hutan Payau
Hutan ini sering juga disebut dengan hutan Bakau atau hutan
Mangrove, karena adanya jenis Bakau yang mendominasi tegakan hutan ini. Hutan
payau tumbuh di daerah pantai yang selalu tergenang air laut. Terpengaruh
pasang surut. Tidak dipengaruhi oleh iklim. Tanahnya berlumpur, berpasir, atau
lumpur berpasir. Hutan ini hanya mempunyai satu sratum tajuk. Pohon dapat mencapai
30 meter.
Menurut Arief (1994) pada hutan payau terdapat campuran air
tawar dari sungai dengan air laut.Karena tidak terdapat ombak besar di pantai
maka terjadi pembentukan hutan ini. Daun dari pohon yang tumbuh umumnya berdaun
tebal, hal ini merupakan usaha pohon-pohon tersebut dalam rangka adaptasi
evaporasinya.
Komposisi hutan payau ini mulai dari laut kedarat adalah :
Rhizhopora, Avicenia, Sonneratia, Xylocarpus, Lumnitzera, Bruguiera. Tumbuhan
bawah terdiri dari Acrostichum aureum, Acanthus lucifolia. Sementara Nypa merupakan batas antara hutan
Payau dengan hutan Rawa yang berada dibelakangnya. Susunan formasi seperti ini
ada hubungannya dengan kadar garam yang dikandung dalam air payau tersebut
semakin dekat pantai kadar garam semakin berkurang.
Jenis pohon lain yang tumbuh di hutan payau ini ialah Avicennia
marina (api-api), Rhizophora stylosa (bakau), Bruguiera (tancang), Xylocarpus
granatum (nyirih), Sonneratia (repat)
Di Indonesia berdasarkan catatan yang ada, pada tahun 1980
terdapat sekitar 3,8 juta hektar hutan payau yang tersebar seperti pada
Tabel berikut ini:
Tabel
Penyebaran Hutan Mangrove di Indonesia
NO
|
Pulau/Daerah
|
Luas
(Ha)
|
Persentase
|
1
|
Sumatra
|
400.000
|
10.5
|
2
|
Kalimantan
|
275.000
|
7,2
|
3
|
Jawa
|
40.441
|
1,1
|
4
|
Sulawesi
|
53.000
|
1,4
|
5
|
Maluku
|
100.000
|
2,6
|
6
|
Irian
Jaya
|
2.934.000
|
77,1
|
7
|
Nusa
Tenggara
|
3.678
|
0,1
|
Total
|
3.806.119
|
100,0
|
f.2. Hutan Rawa
Hutan rawa dijumpai pada daerah yang selalu tergenang air
tawar, tidak terpengaruh iklim. Umumnya terletak dibelakang hutan Payau, dengan
jenis tanah aluvial. Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon yang tingginya
dapat mencapai 40-60 meter. Hutan rawa mempunyai beberapa stratum dan bentuknya
hampir menyerupai hutan hujan. Dijumpai pohon-pohon yang mempunyai akar lutut
yang berguna untuk bernafas karena adanya rongga.
Hampir dapat dijumpai di seluruh Indonesia dengan
daerah-daerah penyebaran yang luas di Sumatera bagian Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan bagian selatan Irian Jaya.
Jenis-jenis
yang terdapat pada tipe hutan rawa ini antara lain: Xylopia
spp, Palaqium leicarpum, Shorea uliginosa, Campnosperma macrophylla, Garcinia
spp, Eugenia spp, Canarium spp, Koompasia spp, serta Calophyllum
spp.
f.3 Hutan Gambut
Hutan Gambut merupakan hutan yang tumbuh pada areal
dimana air menggenang dalam keadaan asam yaitu dengan pH rata-rata 3,5 –
4,0. Di Indonesia hutan Gambut terbentuk pada daerah dengan tipe iklim A dan B
dan tanah Organosol dengan lapisan gambut lebih dari 50 Cm, misalnya dijumpai
di pantai Timur P. Sumatra memanjang dari utara sampai selatan.
Di Kalimantan mulai bagian utara Kalimantan Baratt sejajar
panttai memanjang ke selatan dan ketimur sepanjang panttai selatan sampai
bagian hilir aliran S. Barito. Sedangkan di Irian Jaya dijumpai di bagian
selatan.
Gambut terbentuk karena adanya pohon yang tumbang dan
tenggelam kedalam lumpur dimana hanya terdapat sedikit oksigen. Hal ini
menyebabkan proses pelapukan oleh jazad renik tidak berjalan dengan sempurna
maka tumpukan serasah dan tumbuhan itu lama kelamaan berubah mejadi gambut yang
dapat mencapai ketebalan 20 meter.Di negara Belanda, Jerman gambut sudah
diusahakan sebagai bahan bakar, gambut tersebut dibuat menjadi briket lalu
dikeringkan.
Jenis pohon yang dijumpai dihutan gambut Indonesia adalah Alstonia
spp, Dyera spp, Durio carrinatus, Palaqium spp, Tristania spp, Eugenia spp,
Cratoxylon arborescens, Myristica.
Di
Kalimantan barat jenis yang terkenal dari hutan gambut ini ialah Ramin (Gonistylus
sp).)
Rusia merupakan negara yang mempunyai hutan gambut paling
luas di dunia, mencapai 60% luas gambut dunia, sedangkan Kanada hutan gambut
mencapai 136 juta Ha.
f.4. Hutan Rawa
Hutan rawa dijumpai pada daerah yang selalu tergenang air
tawar, tidak terpengaruh iklim, umumnya terletak di belakang hutan Payau,
dengan jenis tanah alluvial. Hutan rawa merupakan habitat tumbuhan yang
didirikan adanya aerasi air dan udara yang jelek. Di jumpai tumbuhan yang
berakar lutut yang tunasnya terendam air tetapi bisa bernafas karena adanya
rongga. Pohon-pohon mempunyai tajuk berlapis dan bisa mencapai tinggi 50-60 M.
Jenis-jenis tumbuhan yang ada seperti Adina sp,
Alstonia sp, Dyera sp, Palaqium lesiocarpum, Eugenia spp, Canarium spp.,
Metroxylon spp., Garcinia spp., Pandanus.
Hutan rawa banyak dijumpai hampir di seluruh Indonesia seperti
di Sumatra bagian timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, bagian selatan
Irian Jaya.
f.5.
Hutan Pantai
Dijumpai pada daerah pantai yang kering. Tidak terpengaruh
iklim, tanah berpasir dan berbatu dan terletak pada daerah diatas garis pasang
tertinggi. Hutan ini dijumpai di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra,
pantai Sulawesi.
Jenis pohon yang menjadi ciri hutan pantai ini ialah
Baringtonia speciosa, Terminalia catappa, Calophyllum inophyllum, Hibiscus
tiliacius, Casuarina equisetifolia dan Pisonia grandis. Banyak juga dijumpai Pandanus
tectonicus, demikian
juga epiphit dan anggrek.
g. Berdasarkan iklim/penyebaran hutan dunia
Yang dimaksud dengan iklim ialah suatu keseluruhan dari
keadaan atmosfir dalam jangka waktu panjang dan empat yang berlainan. Sering
kali iklim dikemukakan sebagai keadaan rata-rata dari cuaca, bahkan lebih luas
lagi iklim meliputi keadaan-keadaan ekstrim dari tiap-tiap unsur cuaca seperti
suhu maksimum dan minimum, kelembaban maksimum dan minimum ( M. Hasan,1970). Sedangkan
yang dinamakan cuaca ialah keadaan fisis dari atmosfir pada suatu saat yang
pendek dan suatu empat tertentu, jadi menunjukkan perubahan jangka pendek dari
unsur-unsur iklim.
Cuaca dan iklim suatu tempat terbentuk dari ramuan berbagai
unsur seperti suhu, tekanan, kelembaban presipitasi, penguapan, keawanan dan
radiasi. Unsur-unsur itu dinamakan unsur cuaca dan iklim. Cuaca berubah dari
hari ke hari dan iklim berubah dari tempat ketempat yang disebabkan oleh
perbedaan besarnya, kekuatannya dan daerah penyebarannya dari unsur-unsur cuaca
dan iklim terutama sekali suhu dan presipitasi.
Unsur iklim berbeda dari tempat ketempat karena adanya
pengendali iklim. Pengendali iklim tersebut ialah a) lintang bumi, b)
penyebaran daratan dan perairan, c)kekasaran bumi, d) gunung-gunung atau
pegunungan, e) pusat-pusat tekanan tinggi dan tekanan rendah, f) letak
ketinggian, g) arus laut, h) berbagai bentuk hujan dan angin.
Sedangkan unsur-unsur iklim itu sendiri ialah a) suhu, b)
tekanan udara, c) kelembaban, d) presipitasi, e) angin.
Dalam kaitannya dengan vegetasi hutan maka iklim suatu
tempat akan mempengaruhi pembentukan tipe hutan disamping juga dipengaruhi oleh
keadaan dan sifat tanah. Maka dalam klasifikasi huttan berdasarkan iklim
digunakan daerah iklim yang mendasarkan kepada suhu-suhu rata-rata (bulanan),
curah hujan (setahun), dan lamanya bulan basah/kering (setahun).
Yang dimaksud dengan bulan basah ialah apabila jumlah curah
hujan lebih dari 100 mm. Sedangkan yang dimaksud dengan bulan kering ialah bila
jumlah curah hujan dalam bulan tersebut kurang dari 60 mm.
Dalam mengklasifikasikan hutan berdasarkan iklim maka
dikenal adanya a)hutan tropika, b) hutan sub-tropika, c) hutan campuran
daerah beriklim sedang, d) hutan daun jarum daerah beriklim sedang, e) hutan
daun jarum daerah boreal (Junus dkk, 1984).
a) Hutan Tropika
Yang dinamakan daerah tropika ialah daerah di permukaan
bumi yang berada diantara 23o27‘ LU dan 23O27‘
LS. Dalam hal ini maka iklim tropika sangat mempengaruhi zone tropis .
Yang menjadi ciri daerah tropika dalam kaitannya dengan iklim tropis ialah
dicirikan dengan adanya suhu rata-rata bulanan yang lebih besar dari 20O
C.
Untuk diketahui bahwa luas hutan di bumi diperkirakan
3.604,7 juta Ha. Yang terdiri Hutan Boreal 920 juta Ha, Hutan beriklim sedang
seluas 746,7 juta Ha dan hutan Tropika seluas 1.937 juta Ha. Jadi hutan
tropika ada sebanyak 53,7% dari total hutan di dunia.
Atas dasar klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Koppen maka
hutan tropika dapat dibagi lagi menjadi :
a.1. Hutan tropis basah
a.2. Hutan tropis basah gugur daun
a.3. Hutan sabana
a.4. Hutan Belukar dan berduri.
a.1. Hutan tropis basah
Hutan ini kaya akan jenis. Menurut Junus dkk (1984) dalam l
hektar hutan dijumpai lebih dari 40 jenis, bahkan pohon dengan diameter lebih
dari 10 Cm kadang-kadang lebih dari 100 jenis. Keanekaragaman hayati hutan
tropis basah ini tinggi.
Atas dasar perkiraan kasar di Indonesia terdapat 10%
dari semua jenis tumbuhan yang terdapat di Bumi, 12% dari semua jenis hewan
menyusui, 16% dari semua jenis hewan melata dan ampibhi, dan 17% dari semua
jenis burung (Soemarwoto,1992).
Di dunia diketahui ada 3 formasi hutan tropis basah yang
luas yaitu : American Rain Forest, Africa Rain forest, dan Indo Malaya
Rain Forest.
Iklim tempat hutan tropis basah terbentuk menurut Koppen
adalah Af, dengan ciri sbb:
-suhu bulanan rata-rata 20OC – 25OC
-curah jujan 2000 mm — 5000 mm per tahun.
Jenis pohon utama di Asia Tenggara ialah Diperocarpus spp,
dan Shorea spp; sedangkan di Afrika ialah Terminalia spp., Khaya spp.; dan di Amerika ialah Swietania
spp., Cadrela spp.
Atas dasar letak hutan dari permukaan laut, maka hutan hujan
tropika dibedakan dalam 3 (tiga) zone, yaitu :
Zone
I : 0 – 1000 M dpl merupakan hutan tropis dataran rendah.
Zone
II : 1000 – 3.300 M dpl, hutan tropis basah pegunungan rendah.
Zone
III : 3.300 – 4.100 M dpl, ht tropis basah pegunungan tinggi
a.l.l.
Hutan Tropis Basah dataran rendah
Di Indonesia hutan ini dijumpai di pulau Sumatra,
Kalimantan, tali Abu, Mangole, Sanana, Obi, Buru, dan Seram. Jenis utama yang
mendominasi hutan ini ialah dari famili Dipterocarpaceae seperti Shorea
spp, Dipterocarpus spp, Hopea spp, Vatica spp, Driobalanops spp, dan
Cotylelobium spp.
Jenis pohon lain yang juga banyak dijumpai dalam zone hutan
ini ialah Agahis spp, Kompassia spp, Dyera spp, Lauraceae, dan jenis-jenis Myrtaceae
, Myristicaceae dan Ebenaceae.
Di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara terdapat jenis Altingia,
Bisschofia, Castanopsis, Ficus, Gossampius serta famili Caesalpinaceae
dan Leguminoceae.
Di Indonesia bagian timur yang meliputi Sulawesi, Maluku dan
Irian Jaya, hutan tropis basah ini merupakan hutan campuran dengan jenis-jenis
pohon seperti Palaqium, Pometia pinnata, Instia spp, Diospyros spp,
Koordersiodendron pinnatum dan Canarium spp.
a.1.2
Hutan tropis Basah Pegunungan Rendah
Jenis-jenis pohon yang dijumpai pada tipe hutan tropis basah
pegunungan tinggi ini ialah Quercus, Castanopsis, Nothofagus,dan jenis-jenis dari Magnoliaceae
dan Ulmus.
Pada beberapa tempat terdapat kekhususan sendiri seperti di
Aceh dan Sumatra Utara tumbuh jenis Pinus merkusii.Di Jawa Tengah terdapat jenis Albizzia
montana, dan
Anaphalis javanica. Dibeberapa tempat di Jawa Timur dijunpai jenis Cassuarina
junghuniana(cemara
gunung). Di Sulawesi terdapat kelompok Aghatis dan Podocarpus.
Di Indonesia bagian Timur dijumpai jenis-jenis Trema,
Vaccinium, Podocarpus imbricatus. Famili Dipterocarpaceae hanya dapat dijumpai pada beberapa
tempat sampai ketinggian 1.200 M dpl.
a.1.3 Hutan Tropis Basah Pegunungan Tinggi
Hutan pada zone ini umumnya merupakan kelompok hutan yang
terpisah-pisah oleh padang rumput atau belukar.
Di
Irian Jaya pada hutan ini dijumpai jenis-jenis Dacridium
spp, Libocedrus spp, Phyllocladus spp, Podocarpus spp. Disamping Conifer terdapat
jenis-jenis Dicotyledoneae, Eugenia spp, Callophyllum spp, dan Vaccinium
spp.
Di Indonesia bagian barat pada ketinggian diatas 1.300 M dpl
pada umumnya terdapat kelompok-kelompok tegakan Leptospermum
spp, Tristania spp, dan
Phyllocladus spp.
a.2. Hutan tropis basah gugur
daun
Terdapat di Asia Tenggara, Afrika dan Amerika, tumbuh pada
daerah yang beriklim Am (menurut klasifikasi Koppen).
Iklim Am mempunyai ciri-ciri, curah hujan dalam setahun
1.250 – 2.000 mm, suhu rata-rata bulanan 20o – 27oC, periode
kering antara 4 – 6 bulan.
Jenis pohon utama yang tumbuh di Asia Tenggara ialah Jati(Tectona
grandis). Di
Amerika yaitu di New Mexico, Brazilia, Argentina Swietenia spp. Di Ausralia Eucalyptus spp. Di Afrika jenis utamanya ialah Khaya
spp., Isobernalia spp.
Atas dasar ketinggian tempat maka hutan musim di Indonesia
dibedakan adanya 2 (dua) zone yaitu :
Zone
I : 0 – 1000 M, hutan musim dataran rendah
zone
II : 1000 – 4.100, hutan musim pegunungan rendah dan tinggi.
Hutan musim dapat dijumpai di Indonesia misalnya di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara dan sebagian kecil pulau lain seperti di
Maluku bagian Tenggara, Irian bagian selatan yaitu di Tanah Merah.
Hutan didominasi oleh jenis pohon yang pada musim kering
menggugurkan daun. Hutan ini kaya dengan tumbuhan merambat yang berkayu dan
tumbuhan herba. Di dalam hutan terdapat dua lapisan tajuk yang jelas.
Apabila menggunakan klasifikasi iklim berdasarkan Smith dan
Ferguson maka hutan musim ini dapat dijumpai pada daerah yang mempunyai tipe
iklim C dan D.
a.2.1
Hutan musim Dataran Rendah
Di pulau Jawa Tectona grandis, Acasia leucophoea,
Actinophora fragans, Albizia chinensis, Caesalpinia digyna merupakan jenis-jenis pohon yang
menjadi ciri hutan musim. Sedangkan di Nusa Tenggara jenis-jenis pohon yang
menjadi ciri hutan musim ini ialah antara lain : Eucalyptus
deglupta, Santalum album (Cendana). Di Maluku dan Irian Jaya ialah Melaleuca
leucadendron, Caryphautan,dan Timonius cerycus.
a.2.2
Hutan musim Pegunungan rendah dan tinggi
Jenis-jenis pohon yang dijumpai dan merupakan ciri
dari hutan ini untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur ialah Casuarina
junghuniana. Di
Indonesia bagian Timur Eucalyptus spp, di Sumatra Pinus merkusii.
a.3. Hutan Sabana.
Terdapat di Amerika Selatan, Amerika Utara, Asia Tenggara,
Afrika, Ausralia dan Eropa. Pada daerah-daerah dengan iklim yang dicirikan
dengan suhu bulanan rata-rata – 15oC – 25oC, curah hujan
per tahun 900 – 1000 mm dan periode kering 4 – 5 bulan.
a.4. Hutan belukar dan berduri.
Terdapat di Amerika Selatan, Asia pada daerah dengan curah
hujan setahun kurang dari 1000 mm, periode kering lebih dari 6 bulan. Jenis
yang tumbuh seperti:
Cactus spp, Mimosa spp, Acasia spp, Bombax spp,
Euphorbiaceae, Caesalpinia spp.
b) Hutan sub-tropika
Ciri Iklim dari hutan sub-tropika ialah suhu bulanan rata-2
berkisar antara 10 – 20oC, curah hujan 250 mm – 1000 mm per tahun,
terdapat di Florida , Chili, Brazilia Tenggara, dan di pegunungan Andes pada
daerah dibawah 1500 m dpl.
c) Hutan campuran daerah beriklim sedang
Terdapat di Amerika Utara, Amerika Latin, Afrika, Ausralia,
dan Eropah. Jenis pohon yang tumbuh antara lain Pinus spp,
Larix spp, Podocarpus spp, Eucalyptus spp, Notofagus spp.
d) Hutan daun jarum daerah beriklim sedang
Daerah hutan ini mempunyai suhu rata-rata -10oC –
20oC, jurah hujan berkisar 150 mm – 1000 mm per tahun. Jenis pohon
yang tumbuh antara lain : Pinus spp, Picea spp, Larix spp,
Podocarpus spp, Agahis spp.
e) Hutan daun jarum daerah boreal
Hutan ini terdapat di daerah sebelah utara 60o LU,
mempunyai iklim dengan ciri suhu rata-rata bulanan antara -20oC – 10oC,
curah hujan yang tinggi. Jenis yang tumbuh:Pinus spp, Picea spp, Abies spp, dan
Larix spp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar