Minggu, 17 Februari 2013

SEJARAH ILMU JIWA




Sebelum mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah ilmu jiwa ada baiknya kita memulai dengan pengantar antara ilmu jiwa dan psikologi. Secara etimologi kata psikologi terbagi atas dua kata yakni psyche yang artinya jiwa dan logos artinya ilmu kata tersebut berasal dari bahasa yuniani.  Bisa di simpulkan antara ilmu jiwa   dan psikologi tidak ada perbedaan secara etimologi akan tetapi, wilayah yang berbeda dari kedua kata tersebut terdapat dalam motde penggunaan nya. Jika ilmu jiwa digunakaan tanpa melawati label positivistik dengan standarisasi ilmu modern maka psikologi sebaliknya melawati label ilmiah dan norma-norma modern.
Ilmu jiwa dapat dibedakan menurut sejarah yakni ilmu jiwa yang bertaraf filsafat dan ilmu jiwa pengetahuan otonom dan berdiri sendiri pada wala abad ke-19.
PLATO
Plato melihat bahwa manusia terbagi atas jiwa rohaniah dan jiwa badaniah.  Jiwa rohaniah tidak akan pernah mati sedangkan jiwa badaniah akan gugur.  jiwa rohaniah berpangkal pada rasio dan logika manusia dan merupakan bagian jiwa yang tertinggi.  Tugasnya menemukan kebenaran abadi yang terdapat pada objek dunia. .
Jiwa badaniah terbagi atas dua yakni jiwa kemauan dan jiwa nafsu perasaan. Kemauan meneruti rasio sedangkan nafsu perasaan melawan rasio. Maka, plato menyimpulkan konsep trikonomi yang disebut dengan jiwa manusia yang berkemampuan yakni kecerdasan yang terdapat di kepala, kemauan yang terdapat di dada, dan nafsu perasaan yang terdapat pada perut.
ARISTOTELES
 Aristoteles beranggapan bahwa terdapat tingkatan dalam jiwa makhluk hidup yakni:
·         Tumbuhan  mempunyai jiwa vegetatif seperti meperoleh dan mencerna makanan dan berkembang biak.
·         Binatang jiwa sensitif seperti bernafsu, berperasaan , dapat bergerak, dapat melakukan pengamatan
·         Jiwa manusia intelektif seperti berkecerdasan dan berkemauan
DESCARTES
Menurut descartes manusia memiliki dua macam zat yang berbeda yakni res cogitans zat yang dapat berpikir (tak terikat) dan res extensa mempunyai luas (terikat).  Descartes melepaskan antara gejala-gelaja kesadaran manusia dan gejala-gejala pemikiran manusia dengan jiwanya.
JHON LOCKE
Pengalaman merupakan sumber dari pembentukan manusia pada dasarnya dia meberikan konsep tentang sensasi dan refleksi. Ketika manusia melihat suatu objek didepannya melalui sensasinya maka dengan serta merta munculah refleksi atau kesadaran yang diberikan akan objek tersebut.
DAVID HUME
Menurut david hume selain sensai dan refleksi terdapat unsur-unsur pengalaman lainnya yakni impresi (rasa) dan idea (ingatan).
WILHEM WUNDT
Wilhem wundt melihat bahwa terdapat gejala-gejala psikis yang berkesadaran pada manusia kesimpulan tersebut telah diamatinya melalui laboratoriumnya.  Dia juga berpendapat bahwa terdapat asosiasi-asosiasi dimana tanggapan-tanggapan tersebut dapat menyeret tanggapan-tanggapan yang lainnya akan tetapi terjadinya asosiasi bukanlah inti dari pemikiran tersebut.
SIGMUND FREUD
Pergolakan yang terjadi pada diri manusia terdapat pada jiwa sadar atau bawah sadar individu untuk memahami hal tersebut maka psikoanalisis sebagai penjawabnya.
SZONDI
Lain halnya dengan szondi dia berpendapat bahwa terdapat dorongan pada keluarga yang membentuk tiap-tiap individu dalam berkeinginan dia menyimpulkannya dengan alam tak sadar keluarga.
CARL C. JUNG
Menyimpulkan bahwa alam tak sadar juga terjadi pada kebudayaan dengan berpangkal pada penelitiannya tentang simbol-simbol pada kebudayaan.