Sebelum mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah ilmu jiwa
ada baiknya kita memulai dengan pengantar antara ilmu jiwa dan psikologi.
Secara etimologi kata psikologi terbagi atas dua kata yakni psyche yang artinya
jiwa dan logos artinya ilmu kata tersebut berasal dari bahasa yuniani. Bisa di simpulkan antara ilmu jiwa dan psikologi tidak ada perbedaan secara
etimologi akan tetapi, wilayah yang berbeda dari kedua kata tersebut terdapat
dalam motde penggunaan nya. Jika ilmu jiwa digunakaan tanpa melawati label
positivistik dengan standarisasi ilmu modern maka psikologi sebaliknya melawati
label ilmiah dan norma-norma modern.
Ilmu jiwa dapat dibedakan menurut sejarah yakni ilmu jiwa
yang bertaraf filsafat dan ilmu jiwa pengetahuan otonom dan berdiri sendiri
pada wala abad ke-19.
PLATO
Plato melihat bahwa manusia terbagi atas jiwa rohaniah dan
jiwa badaniah. Jiwa rohaniah tidak akan
pernah mati sedangkan jiwa badaniah akan gugur.
jiwa rohaniah berpangkal pada rasio dan logika manusia dan merupakan
bagian jiwa yang tertinggi. Tugasnya
menemukan kebenaran abadi yang terdapat pada objek dunia. .
Jiwa badaniah terbagi atas dua yakni jiwa kemauan dan jiwa
nafsu perasaan. Kemauan meneruti rasio sedangkan nafsu perasaan melawan rasio.
Maka, plato menyimpulkan konsep trikonomi yang disebut dengan jiwa manusia yang
berkemampuan yakni kecerdasan yang terdapat di kepala, kemauan yang terdapat di
dada, dan nafsu perasaan yang terdapat pada perut.
ARISTOTELES
Aristoteles
beranggapan bahwa terdapat tingkatan dalam jiwa makhluk hidup yakni:
·
Tumbuhan
mempunyai jiwa vegetatif seperti meperoleh dan mencerna makanan dan
berkembang biak.
·
Binatang jiwa sensitif seperti bernafsu,
berperasaan , dapat bergerak, dapat melakukan pengamatan
·
Jiwa manusia intelektif seperti berkecerdasan
dan berkemauan
DESCARTES
Menurut descartes manusia memiliki dua macam zat yang
berbeda yakni res cogitans zat yang dapat berpikir (tak terikat) dan res
extensa mempunyai luas (terikat).
Descartes melepaskan antara gejala-gelaja kesadaran manusia dan
gejala-gejala pemikiran manusia dengan jiwanya.
JHON LOCKE
Pengalaman merupakan sumber dari pembentukan manusia pada
dasarnya dia meberikan konsep tentang sensasi dan refleksi. Ketika manusia
melihat suatu objek didepannya melalui sensasinya maka dengan serta merta
munculah refleksi atau kesadaran yang diberikan akan objek tersebut.
DAVID HUME
Menurut david hume selain sensai dan refleksi terdapat
unsur-unsur pengalaman lainnya yakni impresi (rasa) dan idea (ingatan).
WILHEM WUNDT
Wilhem wundt melihat bahwa terdapat gejala-gejala psikis
yang berkesadaran pada manusia kesimpulan tersebut telah diamatinya melalui
laboratoriumnya. Dia juga berpendapat
bahwa terdapat asosiasi-asosiasi dimana tanggapan-tanggapan tersebut dapat
menyeret tanggapan-tanggapan yang lainnya akan tetapi terjadinya asosiasi
bukanlah inti dari pemikiran tersebut.
SIGMUND FREUD
Pergolakan yang terjadi pada diri manusia terdapat pada jiwa
sadar atau bawah sadar individu untuk memahami hal tersebut maka psikoanalisis
sebagai penjawabnya.
SZONDI
Lain halnya dengan szondi dia berpendapat bahwa terdapat
dorongan pada keluarga yang membentuk tiap-tiap individu dalam berkeinginan dia
menyimpulkannya dengan alam tak sadar keluarga.
CARL C. JUNG
Menyimpulkan bahwa alam tak sadar juga terjadi pada
kebudayaan dengan berpangkal pada penelitiannya tentang simbol-simbol pada
kebudayaan.