Senin, 09 Januari 2012

KEMANDIRIAN LOKAL


Memahami semesta ternyata tidak memadai lagi dengan hanya mengandalkan doktrin-doktrin objektivisme, reduksionisme, dan determinisme yang selama ini menjadi pilar penyangga sains modern yang bersifat newtonian cartesian. Pada dasarnya sains modern hanya mengedepankan sisi mekanis-matrealistis semesta dan mengabaikan keberadaan sisi lainnya.
Sejak beberapa dekade terakhir kita dihadapkan pada berbagai fenomena sosial yang membingungkan, dalam arti sulit atau bahkan tidak mampu lagi dijelaskan dengan menggunakan perbendaharaan ilmu pengetahuan. Yang seperti di bahasakan thomas kuhn “saat ini paradigma newtonian-cartesian yang menjadi basis ilmu pengetahuan kita menjadi anomali. Seiring mengalirnya waktu anomali itu kemudian menumpuk sehingga menciptakan suatu krisis paradigma. Alternatif yang diberikan ialah melakukan revisi atau restorasi terhadap paradigma tersebut atau menciptakan paradigma yang baru.
Pengembaraan di dunia sains memang akan selalu membuka cakrawala baru bagi mereka yang melakukannya. Memberinya ide dan gagasan yang seakan tidak pernah habis tentang berbagai kemungkina yang terjadi di alam. Persis sebagaimana yang dimaksud Shakespeare dan  Hamlet  “kenyataan yang di bumi dan langit lebih kaya dari pada mimpi-mimpi filosofis kita”.Penjelajahan sisi yang terabaikan itulah yang menjadi titik tolak perkembangan sains baru yang kemudian menawarkan presfektif yang lebih luas sesuai untuk memahami semesta.
Kemandirian lokal merupakan  sesuatu yang dijabarkan dalam suatu krisis paradigma. Pendekatan ini menujukan bahwa pembangunan lebih tepat bila dilihat sebagai proses adaptasi-kreatif suatu tatanan masyarakat dari pada suatu uoaya rangkaian mekanistis yang mengacu pada upaya suatu rencana yang disusun secara sistematis.
Kemandirian lokal juga menegaskan bahwa organisasi seharusnya dikelola dengan lebih menegaskan partisipatif dan dialog dibandingan dengan semangat pengendalian ketat sebagaimana dipraktekkan selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar