Sabtu, 02 Juli 2011

"pop culture" PUNK DAN SEJARAHNYA

Punk secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Public United not Kindom”, kemudian disingkat menjadi P.U.N.K, atau dalam bahasa indonesia berarti sebuah kesatuan / komunitas di luar kerajaan/pemerintahan.
Punk lebih merupakan suatu idiologi yang lebih berbicara tentang moral dan sosial, punk bukan sekedar gender musik. Punk sebuah idologi pemberontakan dan anarko “anarkisme” dalam bahasa Indonesia. Anarko menurut bakhunin lebih diartikan kepada Negara tanpa suatu pemerintahan berasal dari kata A tidak narcho Negara. Punk mempunyai slogan “DIY” do It Your self, lakukanlah dengan semaunya. Mereka lebih meprioritaskan suatu kebebasan “freedom”.
Idologi punk berasalal dari inggris akan tetapi sebenarnya, punk berasal dari Negara adikuasa yakni Amerika, pada tahun 70-an. Akan tetapi pada saat itu warga amerika tidak welcome dengan musik ini dikarenakan terlalu extrim sehingga di kategorikan sebagai aggressive band. Pada saat itu perintisnya seperti the ramones, modern lovers, iggy pop dll.
Akan tetapi pada saat itu pertengahan antara tahun 1970-1975 punk banyak di dominasi di inggris mereka di terima oleh kamu muda yang berada di inggris. Dikarenakan pemberontakan(rebel) yang memicu pada saat itu mencari media untuk menyalurkan aspiratifnya. Disaat itulah pemberuntakan punk berawal karena permasalhan ekonomi inggris yang merosot tajam.
Pada saat itu punk di dominasi oleh pemuda-pemuda working class dimana merekah sangat jenuh dengan keadaan sosial mereka. Tetapi, pun mereka harus berbenturan dengan aliran skinhead. Di tahuan 1980 aliran punk dan skinhead menyatu karena kesamaan idiologi dari mereka. Pada saat itu bermunculan band-band yang fenomenal seperti sex pistols.
Punk selanjut berkembang sebagai buah kekecewaan, di karenakan mereka kurang di terima ole label rekaman. Pada saat itu yang menguasai band-band rock seperti the beatles, elvis presly, dan rolling stones adalah kalangan atas. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Akibatnya punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya dan fashion punk

Rambut mohawk adalah rambut yang dibuat berbentuk seperti duri mendongak ke atas. Gaya ini merupakan adaptasi dari gaya suku indian kuni yang pada waktu itu bernama mohican., posisi seperti menunjuk keatas, rambbut dibuat kaku sehingga tidak mudah layu. Maknanya sebuah perlawanan akan takdir Tuhan YME, para punk, merupakan gambaran kaum tertindas yang tidak terima dengan posisi mereka di masyarakat, punk menganggap strata mereka adalah “takdir” yang dapat dilawan dan mereka mampu megatasi takdir itu dengan bermusik

Jens ketat yang sobek bermakna sebuah himpitan dasyat dari lingkungan terhadap mereka. Manghalangi ruang gerak dan atraksi panggung mereka, oleh karena itu seringkali muncul robekkan pada lutut dan paha yaitu sebuah simbol tentang kemerdekaan gerak dan ide dari para punk
Biasanya bergambar tengkorak, salip, api...tatto adalah simbol kekuasaan terhadap tubuh fisik. Mereka percaya lewat tatto mereka memiliki kekuasaan penuh terhadap tubuh. Selain itu tatto juga menyimbolkan cita rasa seni kaum menengah bawah
Rantai menyimbolkan sebuah kesatuan yang utuh diantara pa komunitas punk. Faktanya, kesatuan punk memang terkenal sangat solid, sering kali mereka terlihat secara bergerombal, berbagi rejeki dan tempat tidur secara bersama, bahkan diantara komunitas punk tidak ada diskriminasi berdasarkan SARA atau secara ekonomi
Sama seperti tatto, piercing juga menyimbolkan kekuasaan atas tubuh, perlawanan terhadap penderitaan/rasa sakit dan mengontrol tubuhnya sendiri
Eye syadow menyimbolkan cara pandang punk yg suram terhadap sekitarnya. Bagi punk, masa depan terlihat sangat suram dan kurang menjanjikan, seakan-akan mereka siap untuk menjadi kalangan terbawah sampai akhir hidup mereka.
Sepatu boots biasa dipakai oleh prajurit agar bisa dipakai disegala medan, baik becek, berbatu, licin dan medan yang sulit lainya. Oleh karena itu boots menyimbolkan bahwa para punk akan siap menghadapi rintangan apapun termasuk hukum dan kesulitan secara ekonomi.

Pembagian punk
Anarcho Punk
Punk yang satu ini cendrung menutup diri, kekerasan sudah menjadi aktifitas keseharian dari punk ini. tidak jarang mereka terlibat bentrukan sesama punk lainnya dan mereka pun sangat idealis.
Crust punk
Punk yang satu ini lebih brutal di bandingkan punk yang berada diatas, mereka sangat anti sosial dan bergambung hanya sesama punk crusty.
Glam punk
Punk yang ini adalah punk seniman mereka biasanya melakukan protes yang di jewantahkan kepda seni. Mereka cendrung welcome kepada sesame punk lainnya.
Nazi punk
Nah punk yang ini belum terkena pengaruh globalisme masi original pada saat pembentukaanya 1970-an. Paham nazi lebih kental kepada mereka.
The oi punk
Punk yang satu ini bukan punk artian Oi “orang Indonesia” tapi street punk punk ini lebih gilah lagi. Mereka cendrung membuat keoranan biasa disubut dengan hooligans. Mereka sangat anti dengan punk anarcho dan crust punk. Tapi mereka juga ngak lupa pada pekerjaan punk ini di dominasi oleh anak-anak skinhead.
Quier core
Punk yang ini lebih aneh lagi sodara……punk ini di dominasi oleh orang-orang sakit. Seperti pengidap lesbi, homoseksual, bisexual dan transsexual pokonya yang ada sex, sexnya.
Riot girrrrl
Punk ini beranggitakan wanita….mereka tidak mau menerima selain wanita. Tapi kalo waria mungkin di perhitungkan ya….xixixixixix
Scum punk
Akh punk ini punk pembersih mereka menamakan dirinya straight edge scene. Mereka lebih menomor satukan kenyaman, kebersihan, dan moral, hampir semua anggota mereka tidak merokok freesex, dll
The skate punk
Punk yang ini sangat mencinta yang namanya skater dan surfing.
Ska punk
Penggabungan antara music rasta dari jamaika dengan beat kencang menghasilkan punk ini.

DISTORSI KEBUDAYAAN DAN IDIOLOGI INDONESIA


Idiologi Indonesia mencakup tentang diologi pancasila yang tertuang kedalam 5 sila pada pembahasan pancasila.” Berbeda-beda tetap satu jua” itulah slogan dari pita yang di bawa oleh burung Garuda. Budaya Indonesia sangat beraneka ragam di karenakan letak dari tiap-tiap daerah dibedakan oleh laut karena hakekat dari Indonesia sendiri itu Negara kepualuan. Dan inilah yang terjewantahkan dalam slogan tersebut. Berbagai macam budaya, berbagai macam adat istiadat, dan etika di suatu daerah itu berbeda-beda. Akan tetapi perbedaan tersebut menyatukan kita dalam suatu genggaman yang ingin merdeka dari suatu penjajahan di nusantara khususnya.
Idologi Indonesia dari islam, marhaenisme,komunisme, nasionalisme, sampai kepada demokrasi mewarnai peradaban Indonesia ini. system pemerintahan pun demikian dari masa pemerintahan orde lama yang cendrung kepada komunis nasionalis, orde baru yang cendrung diktator, dan konsep agamawan serta domokrasi juga ikut bercampur aduk dalam tatanan pemerintahan. Tak heran jika kita melihat para birokratisasi turut serta mewarnai idologi mereka yang berwarna-warni meberikan sumbangan untuk ke sejahtraan rakyat Indonesia. Sampai-sampai mereka beradu urat saraf demi memajukan idologi yang paling di anutnya dan dibaggakannya.
Terlepas dari permasalhan Indonesia yang kian hari kian berwarna, kita juga melihat perubahan yang terjadi di masyarakat Indonesia, mulai dari masyarakat yang animisme menjunjung tinggi nilai adat istiadat, agamawan yang fundamentalis, sampai kepada globalisasi yang pengaruh kebarat-baratannya mulai menujukan eksistensinya setelah pengaruh demokrasi melanda Indonesia. Demikian hal tersebut telah mewarnai peradaban masyarakat Indonesia.

Terlepas dari itu semua kita tengah dihanyutkan oleh budaya demokrasi dan globalisasi yang meninabobokan kita, saya selaku penulis sangat mris melihat konsep adat sitiadat kita kian hari kian memudar. Dahulu pada masa kecil masih terngiang konsep “siri” dalam kebudayaan bugis-makassar khususnya. Dimana kita merasa malu ketika harga diri kita diinjak, saudara perempuan kita pulang malam dll. Tetapi hal tersbut sudah tidak dianggap lagi. Belum lagi berbicara masalah “pemmali” (bugis, red) atau bahasa jawanya “pammali” sudah danggap suatu hal kuno ketika sesorang mengatakan hal demikian.
Saya tidak tahu apakah kita ingin melupakan jati diri kita sebagai warga Indonesia umumnya dan suku tertentu khususnya. Kita cendrung berbangga hati ketika memiliki kebudayaan barat, kita justru mengkuti kebudayaan barat yang sungguh jauh berbeda dari adat istiadat kita.
Di mulai dari system pendidikan yang cendrung positivistik, gaya hidup yang melancolis, dan makanan serta perilaku yang super instant. Itukah kebudayaan dan idologi kita sebagai masyarakat Indonesia. Coba pikirkan sebaik mungkin kawan mau dibawa kemana identitas kita sebagai budaya yang menjunjung tinggi adat istiadat ketika kaum mudanya tengah terhanyut oleh “pop cultur” kehidupan seperti romansa yang ada di film holiwood. Karena nasib Negara itu tergantung dari pribadi kaum mudanya kawan. Ketika gaya hedonis melanda, gaya melankolis merasuki jiwa kehidupan konsumerisme menjadi candu peradaban apakah kita bisa membawa Indonesia menjadi Negara yang tercerahkan.
“PIKIRKANLAH SEBAIK MUNGKIN KAUM MUDA”

Jumat, 01 Juli 2011

MATIKAN TV MU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


Hakikat manusia ialah cendrung untuk mencapai suatu kesempurnaan. Dalam mencari suatu kesempurnaan tersebut manusia selalu mencari dan mencari karena manusia sebagai makhluk yang mencari suatu informasi. Di era globalisme ini informasi begitu mudahnya di dapat baik dari luar maupun di dalam negeri kita sendiri.
Media merupakan suatu pusat informasi yang di berikan oleh khalayak banyak. Media kian hari kian berkembang dahulu media hanya bisa disimak lewat selebaran kertas dalam hal ini “journal” akan tetapi, seiring waktu berjalan media pun terus berkembang, dari selebaran ke media elektronik dalam hal ini radio, setelah radio televisi pun menwarkan informasi dan ketika memasuki dunia “speed information” akhirnya masuk lah internet dalam hal ini menawarkan informasi yang begitu cepatnya.
Jika kita menyimak hal yang menjadi suatu keharusan dari media ialah,
Sebagai informasi
Sebagai pendidikan
Sebagai entertaint
Apakah hal tersebut kita dapatkan dalam media sekarang. dimulai dari pagi biasanya media menawarkan berita, kemudian lanjut berbicara tentang selebritis dalam hal ini gossip, dan setelah itu music, kembali barita, sintron, dll. Yang banter hanya berbicara tentang siklus tersebut. Sehingga dari pendidikan pun baik kalo ada yang mau melihat.
Media dan informasi tidak dapat di lepas pisahkan. Setiap harinya kita selalu berada di depan televisi untuk menonton suatu berita, sintron, dll. Hal yang paling fundamental sekarang ialah seakan-akan kita telah menuhankan media tersebut. Mulai dari trend, budaya, dan life style, kita mengikuti apa yang di sarankan oleh media tersebut.

Apakah informasi mengenai para selebritis adalah hal yang penting untuk di perbincangkan, apakah sinetron adalah wacana-wacana yang mesti di haruskan kita untuk mengetahuinya. Informasi pun begitu simpang siur ada yang hanya melihat sisi kekejamannya, ada yang hanya melihat sisi kerusakannyahanya sebatas sudut-sudut tersebut yang di ambil. Kasihan yang menjadikan media sebagai life stylenya. Selalu di bohongi dan dan di ajarkan ini itu bagaikan budak.
Media hanya mengajarkan kita untuk berimajinasi yang mengawang-awang, media hanya membodohi kita. Media selalu meneror kita, media selalu mempropoganda kita, selalu menakut- nakuti kita. Untuk terakhir kalinya saya hanya ingin mengatakan “MATIKAN TV, JIKA DI PERLUKAN BAKAR DAN MUSNAHKAN DIA”.

ANOMALI PENDIDIKAN TINGGI


Perkuliahan adalah suatu kegiatan transfer ilmu yang di lakukan oleh dosen ke mahasiswa karena hakekat suautu ilmu itu lebih mengedepankan suatu pola pemikiran empirik dan rasionalis yang di pakai oleh mayoritas perguruan tinggi. Suatu kegiatan keilmuan dilakukan dengan model positifistik. Ilmu pengetahuan tidak mengenal yang namanya nilai.
Terlepas dari hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri, saya ingin membahas pola pengajaran yang dilakukan oleh dosen kepada mahasiswa. Sebelumnya kebanyakan orang kuliah dikarenakan faktor kenyataan yang menuntut dimana seseorang ingin mendapatkan gelar yang secepatnya agar dapat masuk kedunia kerja. Tanpa memikirkan bagaimana bidang ilmu masing-masing fakultas yang di emban agar bisa di terapkan
Apakah suatu kegiatan keilmuan yang mempengaruhi suatu pola pendidikan yang semakin hari, semakin tidak menunjukan kejelasannya. Ataukah suatu pembahasan bidang keilmuan tidak mendapat system yang tersistematisasikan. Mungkinkah hal tersebut dikarenakan system kebijakan suatu Negara . ataukah hal lain yang menyebabkan itu tejadi.
Belum lagi permasalahan suatu absensi dari seorang maha siswa, hal ini tak dapat dinafikan dimana suatu kehadiran yang 80% harus dilakukan oleh seorang mahasiswa. Saya selaku penulis agak riskan mengenai hal ini mungkinkah ketika mahasiswa yang kehadirannya tidak mencapai 80% itu adalah mahasiswa yang bodoh. Atukah mahasiswa yang selalu hadir sampai akhir pertemuan adalah mahasiswa cerdas. Apakah parameter kecerdasan seorang mahasiswa itu terletak pada kehadiraanya.
Belum lagi permasalahan IPK yang standarisasi amat baik 4,00 apakah hal tersebut bisa dikatakan jenius. Ataukah mahasiswa yang IPK 1,00 adalah mahasiswa yang bodoh. Banya permasalah dalam duni pendidikan tinggi. Pablo fraire pernah mengatakan bahwa “hakikat dari ilmu pengetahuan itu adalah menjadikan manusia sebagaimana manusia itu sendiri”. Apakah nilai 4,00 itu adalah manusia yang seutuhnya.
Ada lagi hal yang ikhwal ketika kita mepersoalkan tentang para dosen, gie pernah mengatakan bahwa “guru yang tak tahan kritik harus masuk ke keranjang sampah”. Ketika pemikiran dosen dan mahasiswa bersebelahan dalam memandang suatu objek dalam hal ini ilmu pengetahuan. Mengapa mesti nilai eror yang di berikan. Bukankah suatu pandangan yang berbeda menghasilkan warna yang banyak. Saya mau mengatakan bahwa dosen bukan tuhan dan segala perkataanya bukan firman. Tidak semestinya ketika pemikiran dosen harus di terapkan mereka hanyalah seorang fasilitator bukan sebuah objek dari ilmu tersebut. Titik tekan saya disini ialah kepala memang sama akan tetapi dalam berfikir kita berbeda beda.
Belum lagi dosen yang cendrung bersandar pada skrip dalam hal ini teks-teks. Saya tidak pernah sepakat dengan dosen yang seperti itu. Karena dosen tersebut cendrung mengajar seperti memberikan suatu doktrin yang mesti harus sesuai dengan buku yang ia pelajari. Padahal tidak semua buku itu sama dalam meberikan suatu makna. Belum lagi berbicara tentang matakuliah yang diminati, seakan-akan kita meminati sesuatu yang di paksakan oleh mereka. saya tidak bisa bedakan antara minat dan paksaan.
Kalau sudah begini ini sebaiknya kita kembali saja ke bangku sekolah.

Minggu, 26 Juni 2011

REALITA KADERISASI DALAM PENGKADERAN



Pengkaderan merupakan nafas dari suatu organisasi tanpa pengkaderan, organisasi tidak akan dapat hidup. Pengkaderan bukan merupakan ajang pengenalan junior kepada senior, tetapi lebih terfokus kepada suatu pembelajaran atau pergantian paradigma.
“ setiap individu yang lahir/hadir dalam sebuah komunitas yang baru, kesadarannya dalam keadaan kosong. sehingga pengalamanlah yang akan mengisinya
secara berangsur-angsur sejalan dengan perkembangan individu tersebut.”
(Descartes)
Pengkaderan bukan ajang perploncoan, bukan ajang mejeng-mejengan. Rekayasa sosial dan rekayasa psikologi lebih berperan dalam prosesi pengkaderan. Ketika suatu individu masuk dan berbaur dalam suatu komunitas maka perlu yang namanya suatu pengenalan. Pengenalan disini lebih merupakan suatu pola pembelajaran, kognitif, psikomotrik, dan avektif.
Melihat realitas pengkaderan di masa sekarang itu jauh berbeda dengan pengkaderan di masa dahulu. Pengkaderan sekarang lebih di dominasi oleh orang-orang yang romantisisme berlembaga, tanpa mau melihat suatu kader. Pengkaderan hanya ritual belaka, tanpa ada pesan moril yang di dengungkan.
Idiologi dari organisasi tidak pernah masuk ke ranah-ranah individu pun kalau ada hanya sebahagian orang yang memaknainya padahal idiologi itu adalah suatu hal yang paling fundamental dari seorang kader. Para pelaku kader ini lebih menekankan kepada “action to watching me” tanpa menekankan suatu semboyan “ who I am” . dan mereka pun asyik-asyik melihat ritual seperti itu. Penghargaan kepada yang tua diperlukan akan tetapi, penghargaan tersebut bukan suatu upaya penyembahan kepadanya.Pun hal tersebut di manfaatkan oleh segelintir orang yang belum mempunya pasangan.
Realitas pengkader dan kader itu lebih di tekankan kepada hal yang remeh temeh tanpa melihat bagaimana sebenarnya melakukan tranformasi idiologi. Prosesi ini pun berlanjut sampai saat sekarang. permasalahanpun berlarut-larut. Pengkader tidak tahu arah, apa dan bagaimana caranya mengkader. Pengkader hanya lebih kepada “action and watching me I’am a your senior” heheheheheheh………



Jika kita melihat hal tersebut maka ada pola yang menghubungkan antara kader , pengkader, dan organisasi. Ada keterkaitan dalam hal ini pola hubungan yang satu dengan yang lainnya bergantung. Kita tidak pernah melihat hal ini. bahwa suatu kader membutuhkan seorang pengkader, seorang pengkader membutuhkan organisasi, organisasi pun demikian membutuhkan yang namanya kader, agar organisasi tersebut berlangsung secara berjenjang. Siklus ini yang telah di lupakan oleh kader pengkader.
Seharusnya kita perlu menanamkan yang namanya cinta organisasi, jangan terlalu ditanamkan cinta pengkader. Ini yang rancu dalam prosesi pengkaderan. Pengkader pun memanfaatkan hal ini untuk “action” di depan kaderisasinya.
“if you love your organization do something meaningful to build your organization, not only the passenger's name”