Senin, 09 Januari 2012

MERDEKAKAN PIKIRAN MU ANAG MUDA



Setiap manusia dilahirkan pada saat masi kanak-kanak mempunyai keinginan yang bebas merasa mau untuk mengetahui segala sesuatu ingin melakukan semua tindakan yang dianggapnya baru. Akan tetapi terkadang ada hal-hal yang dimana dianggap tabu ketika masa kanak-kanak. Contohnya saja ketika kita ingin mencoba untuk memotong sesuatu dengan menggunakan benda tajam terkadang, orang tua atau sanak famili yang melihat kita melangrangnya. Hal yang seperti itu secara tidak langsung mencoba untuk meredakan rasa keingin tahuan anak-anak. Dengan kata lain proses penjajahan di mulai pada saat kanak-kanak dan para pelakunnya adalah orang-orang disekitar kita.
Pun hal tersebut berjalan sampai kebangku sekolah. Saya teringat ketika waktu duduk dibangkuh sekolah dasar (SD). Saya diajarkan dengan mata pelajaran matematika 1+1 =2. Hal tersebut adalah suatu keharusan dari entitas 1 yang kemudian ditambahkan 1 lagi,  yang menghasilkan suatu nilai yakni 2. Pada awalnya saya mengiyakan akan tetapi seiring waktu berjalan hal terbut saya pertanyakan kembali. Mengapa demikian adanya ? apakah memang dari nilai satu itu suatu pola determinisasi ketika di tambahkan dengan 1 menghasilkan 2?. Bagamana dengan 1 sapi + 2 ayam apakah bisa menghasilkan 3 sapi?. Ataukah 1 wanita + 1 pria akan menghasilkan 2 manusia?.
Belum lagi dengan pelajaran Bahasa Indonesia yang membuatku bingung dengan pola-pola bermcam-macam kata imbuhan, maupun kojungasi yang kian larut dalam suatu teori yang menurutku tak dapat dipakai untuk bahasa komunikasi pergaulan. Apakah bahasa indonesia mampu menjawab ketika saya berada pada masyar5akat sekitar hutan yang belum mengenal bahasa negara ini?. contoh kongkrit saja ketika kita ingin berkomunikasi kepada masyarkat suku pedalaman yang belum terjamah oleh ilmu pengetahuan yang katanya memanusiakan manusia. Apakah bahasa indonesia bisa menjawab hal tersebut?. “ini bapak budi, ini ibu budi” kesemuanya hanya budi mengapa bukan baco, atau daeng atau juga pak de, ataukah teteh atau mungkin juga mas eko, bisa juga akang. Kenapa harus budi?.
Berlanjut kesekolah menengah pertama bermunculan mata pelajaran yang aneh-aneh. Dimulai dari biologi dan di akhiri oleh ekonomi. Mata pelajaran ini hanya mencoba memberikan pendeskripsian tentang sesuatu yang berada pada tumbuhan, manusia, binatang dan maupun juga alam semesta.  Biologi mencoba menjawab hal-hal apa saja yang berada di dalam tubuh kita di mulai dari sel membentuk suatu organ kemudian membentuk suatu organisme dan diakhiri dengan suatu komunitas. Dan katanya hal yang di butuhkan untukbertahan hidup itu adalah glukosa dalam hal ini penghasil enregi dimana glukosa tersebut di dapatkan dari makanan. Terus bagaimana dengan para pertapa yang dimana hari, bulan, bahkan bertahun-tahun tanpa glukosa dalam hal ini mereka tidak makan. Apakah biologi bisa menjawab hal tersebut?. Sebagaiman pola tadi bahwa manusia mebutuhkan energi untuk bertahan hidup. Terus yang aku paling herankan kita cuman diajar hal-hal yang berkaitan dengan alat reproduksi kita akan tetapi tidak pernah diajarkan bagaimana menggunakan alat reproduksi itu dengan benar. Karena hal terbut dianggap tabuh dan tak layak untuk diperbincangkan karena kalian masih hijau. Tak heran rasa penasaran terbut di jadikan suatu gaya hidup.
Ketika beranjak ke sekolah menengah atas mata pelajaran kian di fakultatif kan pembagian kelas antara ilmu eksakta, ilmu non eksata, serta humaniora menjadikan suatu pilihan yang harus dan wajib bagi seorang siswa. Dan jangan heran ketika para siswanya berpikir secara fakultatif dan cendrung memandang golongan-golongan ilmu tersebut sebagai ego yang membentuk siswanya.
Hal yang menarik yang kudapatkan dari fisika ketika duduk di bangku sekolah menengah atas ialah rumus kekekalan energi dimana energi tak dapat di musnahkan tak dapat diperbaharui tak dapat diciptakan. Akan tetapi energi dimanakah engkau berada?. Dan bagaimanakah rupamu?.  Menarik ketika alber enstain menciptakan rumus dimana  E= M.C (kuadrat). Dan hal tersebut dipakai untuk merumuskan kecepatan cahaya, jarak antara bumi dari matahari, jarak antara bumi dan planet-planet lain. Saya heran apakah kalian para penemu pernah ke planet-planet lain dan menghitung berapa jaraknya sehingga kalian memastikan angka yang menurutku terlalu dipaksakan.
Belum lagi kita harus menghapal para penemu-penemu suatu benda. Yang saya herankan apakah hal tersebut dapat membantu kita ketika kita mempunyai suatu masalah?.
Dan sampailah ketika dimana masa transisi pola pemikiran anak muda yang suka akan kebebasan menjurus ke masa dewasa. Pola perkuliahan yang sedari awal sejak masa sekolah menengah difakultatifkan. Hal terbut masuk ke sub sistem yang lebih detai dari pelajaran akan sesuatu. Coba kalian cerna bagaimana pola pengajaran di bangku kuliah. Kalian disuruh untuk mengerjakan tugas tanpa pemberian suatu materi dalam hal ini gaji (uang) akan tetapi kalian dikonstruk bahwa yang bermakna nilai itu adalah A, B, C, D, dan E.
Metode penagajaran yang cendrung memberikan tanpa boleh menanggapi, metode pengajaran yang kakuh keluar dari basic akademosnya plato. Dimana pola pengajaran kita harus berada dalam suatu sangkar. Dan pola pembelajaran harus sesuai dengan apa yang di berikan oleh pihak dosen tanpa boleh ada dari referensi-referensi lain. Apakah kalian tidak merasa seperti mesin yang prosesnya input menghasilkan output, memberikan tugas kemudian mengumpulkan. Dan kalian dituntut harus menguasai apa kebutuhan pasar saat ini. dan kalian tidak menyadari bahwa kalian saat ini tengah dijual untuk memenuhi kebutuhan pasar.
“kita hidup, kemudian bekerja, membentuk keluarga, kemudian mati” itulah manusia
“binatang hidup, kemudian mencari makan dan berkembang biak, kemudian mati” itulah binatang
“tumbuhan hidup dari anakan, kemudian mengolah makanan sendiri (fotosintetis) melakukan perkwainan dan mati” itulah tumbuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar