Selasa, 19 April 2011

spesial for Sylva untuk hari Bumi 22 april 2011

Hari Bumi………………..
Bumi tengah mengalami yang namanya peroses penuaan. Seperti juga manusia mengalami yang namanya proses penuaan karena bumi dan manusia secara kebaradaan sama-sama ada, dan menempati eksistensi yakni ruang dan waktu. Tak dapat dihindari proses dalam menncapai suatu kesempurnaan.
Bumi….yah…bumi, manusia begitu menganggungkan benda ini. Tempat dimana makhluk hidup baik fisik maupun non fisik berada, tempat dimana proses perkembangbiakan dilakukan, tempat dimana siklus ekologi terlaksana, tempat dimana manusia sebagai subjek dan objeknya adalah alam dalam paham antorposentris. Yah…beginilah tingkahlaku hidup umat manusia dalam memandang bumi itu sendiri, walaupun tak bisa kita napikah masih ada konsep dalam memandang bumi sebagai hal yang natural dalam hal ini paham narturalisme memandang bumi itu sendiri.
Ada yang perlu kita ketahui dan diperhatikan saat ini lingkungan fisik disekitar kita telah berubah dengan cepat, dan mungkin sebagian daripadanya tidak dapat diperbaiki lagi kerusakan yang sangat hebat. Penurunan kualitas lingkungan ini merupakan hasil dari empat faktor yang sedang hangat diperbincangkan yaitu pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan cepat, tingkat kesejahteraan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cepatnya urbanisasi.
Hari bumi yang di peringati pada tanggal 22 april yang dimana, di perakarsai oleh seorang senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson. Saat itu ia melakukan protes secara nasional terhadap kalangan
politik terkait permasalahan lingkungan. Dan itupulalah memeperkarsai KTT Bumi di tahun 1992 bertempat di rio dejeneiro.
Perhatian terhadap isu lingkungan bukan merupakan hal yang baru. Masalah hubungan ekologi dengan politik telah diperbincangkan sejak dulu. Seperti konsep determinasi lingkungan. Studi tentang hubungan antara politik dengan lingkungan ini dapat dibagi kedalam komponen-komponen sebagai tujuan-tujuan politik, hal yang berpengaruh, proses-proses dan akibat-akibatnya.
Permasalahan yang paling fundamental yang kita alami sekarang ialah Energi. Energy sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. beberapa alasan yang cukup mendasar, hingga permasalahan energi menjadi perhatian luas seluruh dunia, tak menutup Indonesia pertama, energi, dalam berbagai macam bentuknya, minyak, gas, batu bara, listrik, semuanya adalah unsur primer dalam menggerakkan kehidupan manusia modern baik secara produktif maupun konsumtif. Kedua, krisis energi yang sekarang melanda Indonesia akhir-akhir ini secara vulgar telah mengancam kehidupan ekonomi masyarakt luas yang secara praktis mengganggu produktivitas serta aktivitas harian yang menyandarkan diri kepada energi sebagai poros dasarnya. Ketiga, bentuk-bentuk energi seperti BBM,gas dan listrik, memegang fungsi ganda sebagai input antara sekaligus permintaan akhir, yang mengandung pengertian, memiliki implikasi langsung kepada sektor industri sekaligus masyarakat luas. Industri, baik skala kecil, menengah maupun besar akan memasukkan permintaan terhadap sumber-sumber energi sebagai bagian dari variabel biaya tetap, yang akan selalu digunakan, karena tanpanya, maka proses produksi bisa terhambat, atau malah sama sekali tidak berjalan. Masyarakat luas, sebaliknya meski tidak secara absolut tergantung pada sumber-sumber energi tersebut, mau tidak mau harus menggunakan sumber energi untuk menjalankan akitivitas produktifnya (seperti pergi bekerja, sekolah, kuliah, dsb.), juga untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.
Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per tahun. Sebagaian besar atau sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari bahan bakar fosil.

Berdasarkan proyeksi IEA selama periode 2006-2030, permintaan energi dunia sebagian besar berasal dari negara non OECD yakni sebesar 87 %. Pertumbuhan permintaan energi China diproyeksikan paling besar diantara kawasan lain. India, belakangan ini juga memperlihatkan pertumbuhan permintaan energi cukup besar satu tingkat dibawah China.

Kendati demikian, berdasarkan analisi IEA trend pemakaian energi dunia masih dibayang-bayangi beragam masalah terkait dengan aspek sosial, lingkungan dan ekonomi. Keamanan cadangan dan impor minyak dan gas semakin sangat bergantung kepada OPEC. Pada sisi lain peningkatan pemakaian bahan bakar fosil memicu perubahan iklim. Untuk itulah IEA menganjurkan pemakaian energi bersih dan efisien guna menekan emisi gas karbon.
Tak bisa di pungkiri bahwa keadaan bumi yang tiap hari, bulan, tahun, maupun abad mengalami masa kritis itu dikarenakan ulah manusia sendiri dalam memandang bumi tersebut. Dimana dari masa revolusi industri dan pemenuhan kebutuhan manusia semakin membeludak.
Ada yang perlu kita ketahui dan diperhatikan saat ini lingkungan fisik disekitar kita telah berubah dengan cepat, dan mungkin sebagian daripadanya tidak dapat diperbaiki lagi kerusakan yang sangat hebat. Penurunan kualitas lingkungan ini merupakan hasil dari empat faktor yang sedang hangat diperbincangkan yaitu pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan cepat, tingkat kesejahteraan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cepatnya urbanisas
kita melihat ketergantungan yang berlebihan dari masyarakat dunia mengenai kebutuhan energi. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa mayoritas sumber daya alam yang digunakan untuk memperoleh energi adalah sumber daya alam tak terbarukan seperti minyak bumi, batubara, dan lain-lain. Ketika kebutuhan energi dunia meningkat sebanding dengan peningkatan jumlah populasi warga dunia, justru sumber daya alam yang banyak digunakan, seperti yang disebutkan di atas, persediaannya semakin sedikit dan dalam jangka waktu tertentu akan habis atau tidak terberdayakan. Penggunaan sumber daya alam tak terbarukan juga membawa dampak negatif yang pengaruhnya tidak bersahabat dengan lingkungan, seperti emisi gas karbon dioksida yang "melimpah" di atmosfer sehingga menghasilkan efek rumah kaca. Masyarakat dunia seharusnya sadar mengenai hal ini dan memulai tindakan nyata untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam tak terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi dunia.
Kelangkaan energy yang terjadi di sebahagian Nusantara kian hari kian parah, padahal kita ketahui bahwasanya Indonesi sebagai Negara penghasil energy. Tapi mengapa kita yang mengalami kelangkaan energy ?. seharusnya yang mengalami kelangkaan energy Negara-negara industrial dimana mereka memuntahkan begitu banyak energy yang menciptakan tatanan siklus yang tidak stabil.



viva Sylva
salam rimba!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar