Jumat, 01 Juli 2011

ANOMALI PENDIDIKAN TINGGI


Perkuliahan adalah suatu kegiatan transfer ilmu yang di lakukan oleh dosen ke mahasiswa karena hakekat suautu ilmu itu lebih mengedepankan suatu pola pemikiran empirik dan rasionalis yang di pakai oleh mayoritas perguruan tinggi. Suatu kegiatan keilmuan dilakukan dengan model positifistik. Ilmu pengetahuan tidak mengenal yang namanya nilai.
Terlepas dari hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri, saya ingin membahas pola pengajaran yang dilakukan oleh dosen kepada mahasiswa. Sebelumnya kebanyakan orang kuliah dikarenakan faktor kenyataan yang menuntut dimana seseorang ingin mendapatkan gelar yang secepatnya agar dapat masuk kedunia kerja. Tanpa memikirkan bagaimana bidang ilmu masing-masing fakultas yang di emban agar bisa di terapkan
Apakah suatu kegiatan keilmuan yang mempengaruhi suatu pola pendidikan yang semakin hari, semakin tidak menunjukan kejelasannya. Ataukah suatu pembahasan bidang keilmuan tidak mendapat system yang tersistematisasikan. Mungkinkah hal tersebut dikarenakan system kebijakan suatu Negara . ataukah hal lain yang menyebabkan itu tejadi.
Belum lagi permasalahan suatu absensi dari seorang maha siswa, hal ini tak dapat dinafikan dimana suatu kehadiran yang 80% harus dilakukan oleh seorang mahasiswa. Saya selaku penulis agak riskan mengenai hal ini mungkinkah ketika mahasiswa yang kehadirannya tidak mencapai 80% itu adalah mahasiswa yang bodoh. Atukah mahasiswa yang selalu hadir sampai akhir pertemuan adalah mahasiswa cerdas. Apakah parameter kecerdasan seorang mahasiswa itu terletak pada kehadiraanya.
Belum lagi permasalahan IPK yang standarisasi amat baik 4,00 apakah hal tersebut bisa dikatakan jenius. Ataukah mahasiswa yang IPK 1,00 adalah mahasiswa yang bodoh. Banya permasalah dalam duni pendidikan tinggi. Pablo fraire pernah mengatakan bahwa “hakikat dari ilmu pengetahuan itu adalah menjadikan manusia sebagaimana manusia itu sendiri”. Apakah nilai 4,00 itu adalah manusia yang seutuhnya.
Ada lagi hal yang ikhwal ketika kita mepersoalkan tentang para dosen, gie pernah mengatakan bahwa “guru yang tak tahan kritik harus masuk ke keranjang sampah”. Ketika pemikiran dosen dan mahasiswa bersebelahan dalam memandang suatu objek dalam hal ini ilmu pengetahuan. Mengapa mesti nilai eror yang di berikan. Bukankah suatu pandangan yang berbeda menghasilkan warna yang banyak. Saya mau mengatakan bahwa dosen bukan tuhan dan segala perkataanya bukan firman. Tidak semestinya ketika pemikiran dosen harus di terapkan mereka hanyalah seorang fasilitator bukan sebuah objek dari ilmu tersebut. Titik tekan saya disini ialah kepala memang sama akan tetapi dalam berfikir kita berbeda beda.
Belum lagi dosen yang cendrung bersandar pada skrip dalam hal ini teks-teks. Saya tidak pernah sepakat dengan dosen yang seperti itu. Karena dosen tersebut cendrung mengajar seperti memberikan suatu doktrin yang mesti harus sesuai dengan buku yang ia pelajari. Padahal tidak semua buku itu sama dalam meberikan suatu makna. Belum lagi berbicara tentang matakuliah yang diminati, seakan-akan kita meminati sesuatu yang di paksakan oleh mereka. saya tidak bisa bedakan antara minat dan paksaan.
Kalau sudah begini ini sebaiknya kita kembali saja ke bangku sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar