Minggu, 26 Juni 2011

REALITA KADERISASI DALAM PENGKADERAN



Pengkaderan merupakan nafas dari suatu organisasi tanpa pengkaderan, organisasi tidak akan dapat hidup. Pengkaderan bukan merupakan ajang pengenalan junior kepada senior, tetapi lebih terfokus kepada suatu pembelajaran atau pergantian paradigma.
“ setiap individu yang lahir/hadir dalam sebuah komunitas yang baru, kesadarannya dalam keadaan kosong. sehingga pengalamanlah yang akan mengisinya
secara berangsur-angsur sejalan dengan perkembangan individu tersebut.”
(Descartes)
Pengkaderan bukan ajang perploncoan, bukan ajang mejeng-mejengan. Rekayasa sosial dan rekayasa psikologi lebih berperan dalam prosesi pengkaderan. Ketika suatu individu masuk dan berbaur dalam suatu komunitas maka perlu yang namanya suatu pengenalan. Pengenalan disini lebih merupakan suatu pola pembelajaran, kognitif, psikomotrik, dan avektif.
Melihat realitas pengkaderan di masa sekarang itu jauh berbeda dengan pengkaderan di masa dahulu. Pengkaderan sekarang lebih di dominasi oleh orang-orang yang romantisisme berlembaga, tanpa mau melihat suatu kader. Pengkaderan hanya ritual belaka, tanpa ada pesan moril yang di dengungkan.
Idiologi dari organisasi tidak pernah masuk ke ranah-ranah individu pun kalau ada hanya sebahagian orang yang memaknainya padahal idiologi itu adalah suatu hal yang paling fundamental dari seorang kader. Para pelaku kader ini lebih menekankan kepada “action to watching me” tanpa menekankan suatu semboyan “ who I am” . dan mereka pun asyik-asyik melihat ritual seperti itu. Penghargaan kepada yang tua diperlukan akan tetapi, penghargaan tersebut bukan suatu upaya penyembahan kepadanya.Pun hal tersebut di manfaatkan oleh segelintir orang yang belum mempunya pasangan.
Realitas pengkader dan kader itu lebih di tekankan kepada hal yang remeh temeh tanpa melihat bagaimana sebenarnya melakukan tranformasi idiologi. Prosesi ini pun berlanjut sampai saat sekarang. permasalahanpun berlarut-larut. Pengkader tidak tahu arah, apa dan bagaimana caranya mengkader. Pengkader hanya lebih kepada “action and watching me I’am a your senior” heheheheheheh………



Jika kita melihat hal tersebut maka ada pola yang menghubungkan antara kader , pengkader, dan organisasi. Ada keterkaitan dalam hal ini pola hubungan yang satu dengan yang lainnya bergantung. Kita tidak pernah melihat hal ini. bahwa suatu kader membutuhkan seorang pengkader, seorang pengkader membutuhkan organisasi, organisasi pun demikian membutuhkan yang namanya kader, agar organisasi tersebut berlangsung secara berjenjang. Siklus ini yang telah di lupakan oleh kader pengkader.
Seharusnya kita perlu menanamkan yang namanya cinta organisasi, jangan terlalu ditanamkan cinta pengkader. Ini yang rancu dalam prosesi pengkaderan. Pengkader pun memanfaatkan hal ini untuk “action” di depan kaderisasinya.
“if you love your organization do something meaningful to build your organization, not only the passenger's name”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar